Kaum muslimin (Ahlus-Sunnah) telah sepakat bahwa Allah ta’ala senantiasa menjaga Al-Qur’an dari segala usaha perubahan, hingga kelak diangkat menjelang kiamat. Allah ta’ala berfirman :
إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ
“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Adz-Dzikr (Al-Qur'an), dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya” [QS. Al-Hijr : 9].
يُرِيدُونَ لِيُطْفِئُوا نُورَ اللَّهِ بِأَفْوَاهِهِمْ وَاللَّهُ مُتِمُّ نُورِهِ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُونَ
“Mereka hendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, dan Allah tetap menyempurnakan cahaya-Nya meskipun orang-orang kafir benci” [QS. Ash-Shaff : 8].
Berbeda dari kaum muslimin, kaum Syii’ah Raafidlah berkeyakinan sebaliknya bahwa Al-Qur’an yang ada sekarang tidak terjaga keasliannya. Ia telah diubah, dikurangi, dan ditambahi. Muhammad bin Murtadlaa Al-Kaasyiy berkata :
لم يبق لنا اعتماد على شيء من القران. اذ على هذا يحتمل كل اية منه أن يكون محرفاً ومغيراً ويكون على خلاف ما أنزل الله فلم يقب لنا في القران حجة أصلا فتنتفى فائدته وفائدة الأمر باتباعه والوصية بالتمسك به
“Tidaklah tersisa bagi kami untuk berpegang suatu ayat dari Al-Qur’an. Hal ini disebabkan setiap ayat telah terjadi pengubahan sehingga berlawanan dengan yang diturunkan Allah. Dan tidaklah tersisa dari Al-Qur’an satu ayatpun sebagai hujjah. Maka tidak ada lagi faedahnya, dan faedah untuk menyuruh dan berwasiat untuk mengikuti dan berpegang dengannya ….” [Tafsir Ash-Shaafiy, 1/33].
Yang nyata tanpa perlu mengarang cerita adalah apa yang disampaikan oleh Dr. Al-Qazwiniy, salah seorang ulama kontemporer Syi’ah yang cukup terkenal. Menurutnya, firman Allah ta’ala :
إِنَّ اللَّهَ اصْطَفَى آدَمَ وَنُوحًا وَآلَ إِبْرَاهِيمَ وَآلَ عِمْرَانَ عَلَى الْعَالَمِينَ
“Sesungguhnya Allah telah memilih Adam, Nuh, keluarga Ibrahim dan keluarga Imran melebihi segala umat (di masa mereka masing-masing)” [QS. Aali 'Imraan : 33].
yang benar adalah :
إِنَّ اللَّهَ اصْطَفَى آدَمَ وَنُوحًا وَآلَ إِبْرَاهِيمَ وَآلَ عِمْرَانَ وَآلَ مُحَمَّدٍ عَلَى الْعَالَمِينَ
“Sesungguhnya Allah telah memilih Adam, Nuh, keluarga Ibrahim, keluarga Imran, dan keluarga Muhammad melebihi segala umat (di masa mereka masing-masing)”.
Tambahan kalimat yang berwarna merah ini dihilangkan oleh para shahabat radliyallaahu ‘anhum – (dan ini adalah kedustaan yang sangat nyata !!). Ini videonya :
Bukan hanya Dr. Al-Qazwiiniy, akan tetapi kebanyakan ulama Syi’ah dari dulu dan sekarang memang berkeyakinan demikian (Al-Qur’an yang ada sekarang tidak asli lagi). Simak video berikut :
Ini bukan rekayasa. Sumber perkataan mereka banyak, namun masih terkemas dalam bahasa ‘Arab atau Persi/Iran.[1]Orang yang tidak percaya tentang ‘aqidah Syi’ah dalam mendelegitimasi Al-Qur’an tidak keluar dari dua jenis orang :
1. Orang yang tahu namun pura-pura tidak tahu. Ini adalah trik-trik kuno orang Syi’ah yang dinamakan ‘taqiyyah’ – yang kemudian diikuti oleh sebagian orang menyimpang yang ngaku-ngaku Ahlus-Sunnah.[2]
2. Orang bodoh yang tidak tahu hakekat Syi’ah, tidak pernah membaca langsung referensi Syi’ah, dan termakan syubhat media yang menjadi corong Syi’ah (dan kemudian ngaku-ngakuAhlus-Sunnah).[3]
Wajar kita bertanya, apa sebab mereka (Syii’ah Raafidlah) berkeyakinan kuat ketidakaslian Al-Qur’an yang kita pegang ?. Secara eksplisit, jawaban itu ada dalam perkataan para ulama Syi’ah berikut ini :
Al-Khomeini berkata :
إِنَّ النبي أحجم عن التطرق إلى الإمامة في القرآن؛ لخشيته أن يُصاب القرآن من بعده بالتحريف، أو أن تشتد الخلافات بين المسلمين، فيؤثر ذلك على الإسلام...
“Sesungguhnya Nabi menahan diri dari menyinggung permasalahan imaamah dalam Al-Qur’an karena beliau khawatir Al-Qur’an akan mengalami perubahan (tahriif) sepeninggalnya, atau semakin hebatnya perselisihan di antara kaum muslimin sehingga berpengaruh terhadap Islam…” [Kasyful-Asraar, hal 149].
Coba baca pelan-pelan dan dalami maknanya. Khomeini katakan bahwa jika imaamah disinggung dalam Al-Qur’an, maka dikhawatirkan terjadi tahriif.[4]Apa artinya ?. Khomeini dalam keyakinannya yang paling dalam telah menjelaskan secara tidak langsung bahwa Allah tidak menjamin keotentikan Al-Qur’an dari perubahan yang dilakukan manusia seandainya imaamah disebutkan secara jelas dalam Al-Qur’an. Keyakinan ini tentu berbeda dengan keyakinan kaum muslimin. Apapun yang Allah firmankan dalam Al-Qur’an, maka Ia akan menjaganya. Kongkritnya : Seandainya imaamah itu Allah firmankan dalam Al-Qur’an (kenyataannya tidak), tentu Ia akan menjaganya hingga hari kiamat.
Keyakinan seperti ini bukan hanya ada pada diri Khomeini, tapi juga ulama-ulama Syi’ah yang lain.
Setali tiga uang dengan Al-Khomeini adalah ‘Aliy Al-Miilaaniy yang berkata :
والسيّد شرف الدين العاملي ذهب إلى أنّ النكتة هي: أنّه لو جاءت الآية بلفظ المفرد، فإنّ شانئي عليّ وأهل البيت وسائر المنافقين لا يطيقون أن يسمعوها كذلك، وإذ لا يمكنهم حينئذ التمويه والتضليل، فيؤدّي ذلك إلى التلاعب بألفاظ القرآن وتحريف كلماته، أو نحو ذلك ممّا يخشى عواقبه على الإسلام
“Dan Sayyid Sarafuddin Al-‘Aamiliy berpendapat bahwa seandainya ayat (wilaayah) ada dengan lafadh mufrad, maka pembenci ‘Aliy dan Ahlul-Bait[5]dan seluruh orang-orang munafik tidak akan kuasa untuk mendengarnya. Dan ketika tidak memungkinkan bagi mereka untuk menyembunyikan kebenaran dan menyesatkan orang-orang, maka hal itu akan menyebabkan mereka mempermainkan lafadh-lafadh Al-Qur’an dan merubah kalimat yang ada di dalamnya, atau yang semisalnya dari akibat-akibat buruk yang dikhawatirkan terhadap Islam..…” [sumber website resminya di sini].
Allah ta’ala tidak menjamin keotentikan Al-Qur’an dari tangan-tangan jahat para pembenci ‘Aliy dan Ahlul-Bait seandainya ayat wilayah disebutkan di dalamnya.
Ja’far Murtadlaa Al-‘Aamiliy berkata :
ولعله لأجل ذلك لم يذكر اسم الإمام علي «عليه السلام» في القرآن.. حفظاً للقرآن من أن يحرفه من هو أشر وأضر ممن رمى القرآن بالنبل......
“Dan mungkin dikarenakan hal tersebut, nama Al-Imaam ‘Aliy ‘alaihis-salaam tidak disebutkan dalam Al-Qur’aan…. sebagai penjagaan bagi Al-Qur’an dari perubahan yang dilakukan oleh orang yang lebih jelek dan lebih jahat dibandingkan orang yang melempar Al-Qur’an dengan anak panah….” [Ash-Shahiih min Siiratin-Nabiy, 32/21 – sumber : http://www.mezan.net/sayed_ameli/books/s_nabi/32/02.html].
Jadi, seandainya Allah ta’alameletakkan nama ‘Aliy bin Abi Thaalib (radliyallaahu ‘anhu) di dalam Al-Qur’an, maka Al-Qur’an menjadi tidak terjaga dari perubahan.[6]
Sekarang Pembaca budiman menjadi tahu bagaimana ‘aqidah mereka tentang Allah dan Al-Qur’an, dan bagaimana sebenarnya latar belakang keyakinan mereka tentang perubahan Al-Qur’an yang ada sekarang, yaitu karena adanya keyakinan nihilnya jaminan Allah atas keotentikan Al-Qur’an itu sendiri.
Semoga informasi ini ada manfaatnya untuk mengenal sedikit (demi sedikit) ‘aqidah Syii’ah.
Wallaahul-musta’aan.
[abul-jauzaa’ - perumahan ciomas permai, ciapus, ciomas, bogor - 21081434/30062013 – 21:20].
[1] Sebagai suplemen, silakan baca artikel di blog ini yang berjudul : ‘Aqidah Syi’ah tentang Al-Qur’an.
[2] Misalnya : Prof. Dr. Umar Syihaab dan Prof. Dr. Sa’id Aqil Siraaj.
[3] Misalnya : Republika dan Mizan Group.
[4] Dan kenyataannya mereka memang meyakini tahriifini !!.
[5] Yang dimaksud orang ini dengan pembenci ‘Aliy dan Ahlul-Bait adalah para shahabat radliyallaahu ‘anhu.
[6] Karena hasadpara shahabat terhadap ‘Aliy dalam perkara imaamah – sebagaimana tuduhan orang Syi’ah terhadap mereka.