Menampar Murid

Asy-Syaikh Muhammad bin Shaalih Al-‘Utsaimiin rahimahullh pernah ditanya tentang hukum menampar wajah yang dilakukan oleh sebagian pendidik kepada murid-murid mereka :
فضيلة الشيخ: سائلة تقول: قامت معلمة لنا بصفع بعض الطالبات لعدم حلهن للواجب ولغير ذلك، وكذلك فعلت المديرة وغيرها من المعلمات، فما حكم ذلك؟
Fadliilatusy-Syaikh, penanya berkata : Seorang guru wanita di tempat kami melakukan penamparan wajah terhadap sebagian murid-murid karena tidak mengerjakan PR dan kesalahan lainnya. Hal itu juga dilakukan oleh mudir (Kepala Sekolah) dan guru-guru yang lain. Bagaimana hukum atas perbuatan tersebut ?”.
Beliau rahimahullah menjawab :
الوجه أشرف عضو في الإنسان، وبه الجمال، وهو أشد البدن تأثرًا، ولهذا تجد أن العيب يساوي عدة عيوب في بقية البدن، وهو كما أنه أشد من غيره من الناحية الحسيَّة، فإنه أشد من غيره من الناحية المعنوية (النفسية)، لهذا أمر الرسول صلى الله عليه وسلم اتقاء الوجه عند الضرب، فقال: «إذا ضرب أحدكم فليتق الوجه»
وعلى هذا، فالذي يضرب الإنسان في وجهه، سواء كانت معلمة، أم أمًّا، أم أبًا، أم أخًا، أم غير ذلك، فإنه يكون عاصيًا لرسول الله صلى الله عليه وسلم، وإذا أراد أن يضرب فليضرب في غير هذا المحل.
ثم إن الضرب ليس هو الحل الوحيد لاستقامة الإنسان، فلا يلجأ إليه إلا عند الضرورة، وإذا احتيج إليه، فإنه يضرب كما قال صلى الله عليه وسلم : «مروا أبناءكم بالصلاة لسبع، واضربوهم عليها لعشر». فأمر صلى الله عليه وسلم بالضرب من أجل إقامة الصلاة، وقال صلى الله عليه وسلم: «لا يجلد أحد فوق عشر جلدات، إلا في حد من حدود الله»، أي لا يضرب أحد أكثر من عشر جلدات إلا في الحدود الشرعية، وهي محارم الله عز وجل.
والمهم أن الضرب ليس هو الحل الوحيد لتقويم الإنسان، فقد يتقوَّم الإنسان بالكلام اللين والتوجيه والإرشاد، وقد يقوم بالتوبيخ واللوم أمام أصحابه، وقد يقومه الضرب الخفيف، وقد لا يتقوم إلا بأشد من الضرب الخفيف، المهم أن لكل مقام مقالاً، والله الموفق.
“Wajah adalah anggota tubuh manusia yang paling mulia, karena di situlah tempatnya keindahan (ketampanan/kecantikan). Wajah adalah anggota badan yang paling berpengaruh. Oleh karena itu, engkau akan dapati bahwa satu ‘aib/kejelekan yang ada di wajah setara dengan ‘aib-‘aib di seluruh anggota badan lainnya. Sebagaimana wajah merupakan sesuatu yang paling mulia dibanding anggota badan lainnya secara lahir, begitu juga ia merupakan sesuatu yang paling mulia secara batin (ma’nawiyyah). Maka, Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan untuk menghindari wajah ketika memukul. Beliau bersabda : ‘Apabila salah seorang di antara kalian memukul, hendaklah ia menghindari wajah’.[1]
Berdasarkan hadits ini, orang yang memukul seseorang di wajahnya, baik ia seorang guru wanita, ibu, ayah, saudara, atau yang lainnya, maka ia telah bermaksiat terhadap Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam. Apabila ada seseorang yang hendak memukul, maka pukullah di selain tempat tersebut (wajah).
Kemudian,… sesungguhnya pukulan bukanlah satu-satunya jalan untuk meluruskan seseorang (dari kesalahannya). Tidak boleh seseorang melakukannya kecuali karena darurat. Apabila ia berhajat/butuh untuk melakukannya, maka pukulan itu adalah seperti sabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam : ‘Perintahkanlah anak-anak kalian untuk shalat saat berusia tujuah tahun. Dan pukullah mereka (jika masih enggan) saat berusia sepuluh tahun’.[2] Beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan agar memukul anak dalam rangka untuk mendirikan shalat. Beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda : ‘Seseorang tidak boleh dipukul lebih dari sepuluh deraan, kecuali dalam pelaksanaan salah satu hukum hadd Allah’. Maknanya adalah : seseorang tidak boleh dipukul lebih dari sepuluh deraan kecuali dalam pelaksanaan hukum hadd syar’iy, yaitu sesuatu yang diharamkan Allah ‘azza wa jalla.
Penting untuk diperhatikan bahwa pukulan bukanlah jalan satu-satunya untuk memperbaiki seseorang. Kadang seseorang dapat diperbaiki dengan perkataan yang lemah lembut, arahan, dan bimbingan. Kadang bisa dilakukan dengan arahan dan celaan di hadapan sahabat-sahabatnya. Kadang dengan pukulan ringan. Dan kadang pula ada seseorang yang tidak dapat diperbaiki kecuali dengan pukulan keras. Masing-masing cara mempunyai tempat tersendiri, wallaahul-muwaffiq”.
[Fataawaa Manaaril-Islaaam, 4/738].
[abul-jauzaa’ – perumahan ciomas permai, ciapus, ciomas, bogor -  08111434/13092013 – 23:30].




[1]      Lafadh ini adalah milik Abu Daawud no. 4493 dalam Kitaabul-Huduud. Diriwayatkan juga oleh Al-Bukhaariy no.. 2559 dan Muslim no. 2612; dengan lafadh :
إذا قاتل أحدكم – أخاه – فليتجنب الوجه
Apabila salah seorang di antara kalian berkelahi dengan saudaranya, hendaklah ia menjauhi untuk memukul wajah”.
Dan menurut lafadh Muslim yang lain :
إذا ضرب أحدكم أخاه فليتجنب الوجه
Apabila salah seorang di antara kalian memukul saudaranya, hendaklah ia menjauhi untuk memukul wajah”.
[2]      Diriwayatkan oleh Abu Daawud no. 459 dan Ahmad 2/180 & 187. Lihat Shahihul-Jaami’no. 5868.

wdcfawqafwef