Ahlul-Bait mencintai, menghormati, dan mendoakan shahabat Nabi shalallaahu ‘alaihi wa sallam. Mereka adalah kaum mukminiin yang bersaudara. Tidak ada sama sekali permusuhan sebagaimana sebagian orang merekayasa permusuhan di antara mereka. Silakan simak riwayat berikut :
Generasi shahabat adalah generasi terbaik dalam Islam.
بأسناده عن موسى بن جعفر بن محمد ، عن آبائه عليهم السلام قال : قال رسول الله صلى الله عليه واله : القرون أربعة : أنا في أفضلها قرنا ، ثم الثاني ، ثم الثالث ، فإذا كان الرابع اتقى الرجال بالرجال ، والنساء بالنساء ، فقبض الله كتابه من صدور بني آدم ، فيبعث الله ريحا سوداء ثم لا يبقى أحد - سوى الله تعالى - إلا قبضه الله إليه
Dengan sanadnya dari Muusaa bin Ja’far, dari ayah-ayahnya ‘alaihim as-salaam, ia berkata : Telah bersabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa aalihi : “Jaman(masa) itu ada empat.Jaman yang aku ada di dalamnya adalah jaman yang paling utama, kemudian yang kedua, kemudian ketiga…..” [Bihaarul-Anwaar oleh Al-Majlisiy, 6/314-315].
Di sebagian riwayat, perkataan di atas dinisbatkan pada ‘Aliy bin Abi Thaalib radliyallaahu ‘anhu[lihat : Di’aaimul-Islaam, 2/455 no. 1595].
Jaman (masa) ketika beliau masih hidup adalah jaman para shahabat. Begitu pula jaman ketika beliau telah meninggal yang disebutkan sebagai jaman kedua yang paling utama, itupun masih jaman para shahabat radliyallaahu ‘anhum (dan taabi’iin).
Perkataan ini sesuai dengan sabda Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam yang ada dalam referensi kaum muslimin :
عَنْ عِمْرَانَ بْنَ حُصَيْنٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا يَقُولُ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَيْرُ أُمَّتِي قَرْنِي ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ
Dari ‘Imraan bin Hushain radliyallaahu ‘anhumaa berkata : Telah bersabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam : “"Sebaik-baik ummatku adalah yang orang-orang hidup pada jamanku (generasiku) kemudian orang-orang yang datang setelah mereka kemudian orang-orang yang datang setelah mereka" [Diriwayatkan oleh Al-Bukhaariy no. 3650, Muslim no. 2535, An-Nasaa’iy 7/17, Ahmad 4/426-427, dan Abu Dawud no. 4657].
Para shahabat adalah mukmin sejati
حدثنا أحمد بن زياد بن جعفر الهمداني رضي الله عنه قال: حدثنا علي ابن إبراهيم بن هاشم، عن أبيه، عن محمد بن أبي عمير، عن هشام بن سالم، عن أبي عبد الله عليه السلام قال: كان أصحاب رسول الله صلى الله عليه وآله اثني عشر ألفا ثمانية آلاف من المدينة، و ألفان من مكة، وألفان من الطلقاء، ولم ير فيهم قدري ولا مرجي ولا حروري ولا معتزلي، ولا صحاب رأي، كانوا يبكون الليل والنهار ويقولون: اقبض أرواحنا من قبل أن نأكل خبز الخمير
Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Ziyaad bin Ja’far Al-Hamdaaniy radliyallaahu ‘anhu, ia berkata : Telah menceritakan kepada kami ‘Aliy bin Ibraahiim bin Haasyim, dari ayahnya, dari Muhammad bin Abi ‘Umair, dari Hisyaam bin Saalim, dari Abu ‘Abdillah ‘alaihis-salaam : “Para shahabat Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa aalih berjumlah 12.000 orang, dimana 8.000 orang diantaranya berasal dari Madiinah, 2.000 orang dari Makkah, dan 2.000 orang dari kalangan thulaqaa’ (yang masuk Islam pasca Fathu Makkah). Tidak ada di kalangan mereka yang mempunyai pemikiran Qadariy, Murji’, Haruriy, Mu’taziliy, maupun rasionalis. Mereka senantiasa menangis pada malam dan siang hari, seraya berdoa : ‘Cabutlah nyawa kami sebelum kami sempat makan roti adonan” [Al-Khishaal oleh Ash-Shaduuq, hal. 639-640].
Katanya, riwayat ini shahih [lihat : sini].
Menurut Abu ‘Abdillah – imam Syi’ah –, keimanan para shahabat yang berjumlah 12.000 orang tidak tercemari ‘aqidah yang menyimpang.
Para shahabat adalah orang yang keimanannya kuat dan rajin beribadah
Para shahabat yang berjumlah 12.000 orang tersebut di atas, mereka disifati oleh ‘Aliy bin Abi Thaalib radliyallaahu ‘anhu sebagai berikut :
لقد رأيت أصحاب محمّد صلّى اللّه عليه و آله ، فما أرى أحدا منكم يشبههم لقد كانوا يصبحون شعثا غبرا ، و قد باتوا سجّدا و قياما ، يراوحون بين جباههم و خدودهم ، و يقفون على مثل الجمر من ذكر معادهم كأنّ بين أعينهم ركب المعزى ، من طول سجودهم إذا ذكر اللّه هملت أعينهم حتّى تبلّ جيوبهم ، و مادوا كما يميد الشّجر يوم الرّيح العاصف ، خوفا من العقاب ، و رجاء للثّواب
“Sungguh aku telah melihat shahabat-shahabat Muhammad shallallaahu ’alaihi wa aalihi. Maka, tidaklah aku melihat seorangpun yang menyerupai mereka (dalam hal ketaatan dan keimanan). Di waktu pagi hari mereka kusut berdebu (karena bekerja keras), dan di malam hari mereka sujud dan berdiri (menghadap Allah), dengan bergantian antara dahi dan pipi mereka. Mereka berdiri seakan-akan di atas bara api karena ingat tempat kembali mereka (yaitu kampung akhirat). Antara dua mata mereka (ada bekas) seperti lutut kambing karena lamanya sujud mereka. Apabila disebut nama Allah, meneteslah air mata mereka sehingga membasahi dada mereka. Hati mereka goncang seperti goncangnya pohon yang diterpa angin keras karena takut akan siksaan Allah dan mengharap pahala-Nya” [Nahjul-Balaaghah, hal. 238-239].
Para shahabat adalah orang-orang terpercaya membawakan riwayat
عَلِيُّ بْنُ إِبْرَاهِيمَ عَنْ أَبِيهِ عَنِ ابْنِ أَبِي نَجْرَانَ عَنْ عَاصِمِ بْنِ حُمَيْدٍ عَنْ مَنْصُورِ بْنِ حَازِمٍ قَالَ قُلْتُ لِأَبِي عَبْدِ اللَّهِ ( عليه السلام ) مَا بَالِي أَسْأَلُكَ عَنِ الْمَسْأَلَةِ فَتُجِيبُنِي فِيهَا بِالْجَوَابِ ثُمَّ يَجِيئُكَ غَيْرِي فَتُجِيبُهُ فِيهَا بِجَوَابٍ آخَرَ فَقَالَ إِنَّا نُجِيبُ النَّاسَ عَلَى الزِّيَادَةِ وَ النُّقْصَانِ قَالَ قُلْتُ فَأَخْبِرْنِي عَنْ أَصْحَابِ رَسُولِ اللَّهِ ( صلى الله عليه وآله ) صَدَقُوا عَلَى مُحَمَّدٍ ( صلى الله عليه وآله ) أَمْ كَذَبُوا قَالَ بَلْ صَدَقُوا .......
‘Aliy bin Ibraahiim, dari ayahnya, dari Ibnu Abi Nahraan, dari ‘Aashim bin Humaid, dari Manshuur bin Haazim, ia berkata : Aku pernah bertanya kepada Abu ‘Abdillah ‘alaihis-salaam : “Bagaimana bisa ketika aku bertanya kepada satu permasalahan, engkau menjawabnya dengan satu jawaban, kemudian datang orang lain kepadamu lalu engkau menjawabnya dengan jawaban lain ?”. Ia menjawab : “Sesungguhnya kami menjawab pertanyaan (manusia) dengan kalimat lebih dan kurang”. Lalu aku berkata : “Khabarkanlah kepadaku tentang shahabat-shahabat Rasulullahshallallaahu ‘alaihi wa aalihi, apakah mereka benar/jujur dalam perkataannya tentang Muhammad shallallaahu ‘alaihi wa aalihi, ataukah mereka telah berdusta ?”. Ia menjawab : “Bahkan mereka benar/jujur……” [Al-Kaafiy oleh Al-Kulainiy, 1/65 no. 3].
Kata Al-Majlisiy, riwayat di atas derajatnya hasan [Mir’atul-‘Uquul, 1/216].
Tidak boleh membenci dan mencela para shahabat
Hasan Al-‘Askariy rahimahullah –salah seorang imam Syi’ah – berkata :
وإن رجلا ممن يبغض [آل] محمد وأصحابه الخيرين أو واحدا منهم لعذبه الله عذابا لو قسم على مثل عدد ما خلق الله تعالى لأهلكهم أجمعين.
“Dan sesungguhnya seseorang yang membenci keluarga Muhammad dan shahabat-shahabatnya yang baik, atau hanya seorang saja dari kalangan mereka, niscaya Allah akan mengadzabnya dengan adzab yang seandainya dibagi kepada seluruh ciptaan Allah, maka akan binasa semua” [Tafsiir Al-Imaam Al-‘Askariy, hal. 392].
عن الصادق، عن آبائه، عن علي صلوات الله عليهم قال: أوصيكم بأصحاب نبيكم، لا تسبوهم، الذين لم يحدثوا بعده حدثا، ولم يؤوا محدثا، فإن رسول الله أوصى بهم
Dari Ash-Shaadiq, dari ayah-ayahnya, dari ‘Aliy shalawaatullahi ‘alaihim, ia berkata : “Aku wasiakan kepada kalian shahabat-shahabat Nabi kalian. Janganlah kalian mencela mereka, yang mereka itu tidak pernah mengada-adakan sesuatu yang baru sepeninggal beliau. Tidak pula mereka memuliakan orang yang berbuat bid’ah. Sesungguhnya Rasulullah telah berwasiat kepadaku tentang mereka” [Mustadrak Safiinatil-Bihaar oleh Asy-Syahruudiy, 6/173].
Ini sesuai dengan sabda Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam yang ada dalam referensi kaum muslimin :
عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا تَسُبُّوا أَصْحَابِي فَلَوْ أَنَّ أَحَدَكُمْ أَنْفَقَ مِثْلَ أُحُدٍ ذَهَبًا مَا بَلَغَ مُدَّ أَحَدِهِمْ وَلَا نَصِيفَهُ
Dari Abu Sa’iid Al-Khudriy radliyallaahu ‘anhu, ia berkata : Telah bersabda Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam : “Janganlah kalian mencela shahabat-shahabatku. Seandainya salah seorang dari kalian menginfaqkan emas sebesar bukit Uhud, tidak akan ada yang menyamai satu timbangan (pahala) seorangpun dari mereka, juga tidak akan sampai setengahnya" [Diriwayatkan oleh Al-Bukhaariy no. 3673, Muslim no. 2541, Ahmad 3/11, Abu Dawud no. 4658, At-Tirmidziy no. 3860, dan Abu Ya’laa no. 1171 & 1198].
Dianjurkan mendoakan kebaikan bagi shahabat
‘Aliy radliyallaahu ‘anhu berkata :
وفي المهاجرين خير كثير تعرفه جزاهم الله خيرا بأحسن أعمالهم
“Dan bagi kaum Muhaajiriin terdapat banyak kebaikan yang dapat kalian ketahui. Semoga Allah membalas mereka kebaikan, atas amal-amal kebaikan mereka tersebut” [Bihaarul-Anwaar, 33/112].
Ini sesuai dengan firman Allah ta’ala :
وَالسَّابِقُونَ الأوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالأنْصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُمْ بِإِحْسَانٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا الأنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ
“Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang Muhajirin dan Anshaar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah rida kepada mereka dan mereka pun rida kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar” [QS. At-Taubah : 100].
وَالَّذِينَ جَاءُوا مِنْ بَعْدِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلإخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالإيمَانِ وَلا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلا لِلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ
“Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshar), mereka berdoa: "Ya Tuhan kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman; Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang" [QS. Al-Hasyr : 10].
******
Berdasarkan riwayat-riwayat yang disebutkan di atas Pembaca dapat mengetahui bahwa kita (Ahlus-Sunnah) adalah Syi’ah (pembela) ‘Aliy dan Ahlul-Bait yang sejati, karena kita membela dan mengikuti ajaran mereka. Sedangkan mereka (Syi’ah Raafidlah) adalah Naashibiy (pembenci Ahlul-Bait) sejati karena membenci dan memusuhi ajaran mereka, khususnya dalam hal mencintai dan menghormati para shahabat Nabi.
Wallaahul-musta’aan.
[abul-jauzaa’ - perumahan ciomas permai, ciapus, ciomas, bogor - 27091434/05082013 – 03.50].