Asy-Syaikh Muqbil bin Hadiy Al-Wadii’iy rahimahullah menjawab :
لا ، ليست بحجة يقول الله - سبحانه وتعالى - :((اتبعوا ما أنزل إليكم من ربكم ولا تتبعوا من دونه أولياء قليلاً ما تذكرون)) (سورة الأعراف:٣).
والناس في هذا الباب بين إفراط وتفريط أي في شأن أقوال السلف ، فمنهم من نبذها وقال هم رجال ونحن رجال ، صحيح هم رجال ونحن رجال ،ولكن الفرق بيننا وبينهم كما بين السماء والأرض فنحن نستعين بأفهامهم في فهم كتاب الله وسنة رسول الله - صلى الله عليه وسلم - . والزهري كان له صاحب يكتبان حديث رسول الله - صلى الله عليه وسلم - فلما انتهيا مما بلغهما من حديث رسول الله - صلى الله عليه وسلم - كتب الزهري آثار الصحابة وصاحبه كان لايظنها علماً،قال صاحبه فأفلح وأنجح أو بهذا المعنى، فلو لم يكن فيها فائدة ما ألّف فيها العلماء وماذكرها العلماء في مؤلفاتهم كابن جرير في تفسيره،وابن أبي شيبة في مصنفه ، وعبدالرزاق في مصنفه،والبيهقي في سننه،وكثير من كتب السنن وغيرها يذكرون أقوال السلف في هذا فلا يقال إنها ليس لها قيمة بل نستفيدمن فهمهم ، وينبغي أن نفهم كتاب الله وسنة رسوله - صلى الله عليه وسلم - على فهمهم.
“Tidak. Hal itu bukanlah hujjah. Allah subhaanahu wa ta’ala berfirman : ‘Ikutilah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu dan janganlah kamu mengikuti pemimpin-pemimpin selain-Nya. Amat sedikitlah kamu mengambil pelajaran (daripadanya)’ (QS. Al-A’raaf : 3).
Orang-orang dalam permasalahan ini ada yang bersikap ifraath (berlebihan) dan tafriith (meremehkan) – yaitu dalam masalah menyikapi perkataan salaf. Di antara mereka ada yang membuang perkataan mereka (salaf) dan mengatakan : ‘Mereka laki-laki dan kita pun laki-laki (hum rijaal wa nahnu rijaal)’. Benar apa yang dikatakan bahwa mereka adalah laki-laki dan kita pun laki-laki. Akan tetapi perbedaan antara kita dan mereka (salaf) seperti perbedaan langit dan bumi. Kita menggunakan perkataan dan pemahaman mereka untuk memahami Kitabullah dan Sunnah Rasulillah shallallaahu ‘alaihi wa sallam.
Dulu Az-Zuhriy mempunyai seorang shahabat dimana mereka berdua menulis hadits Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam. Ketika keduanya selesai menulis hadits Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam yang sampai kepada mereka, Az-Zuhriy menulis atsar-atsar shahabat sedangkan shahabatnya tersebut tidak menyangka perbuatan itu termasuk ilmu (sehingga ia tidak menulisnya sebagaimana Az-Zuhriy). Shahabatnya itu berkata : ‘Ia telah beruntung dan berhasil’ – atau yang semakna dengan itu. Seandainya dalam atsar salaf tidak terdapat faedah, niscaya para ulama tidak akan menuliskannya dan tidak akan menyebutkannya dalam berbagai karya tulis mereka, seperti : Ibnu Jariir dalam Tafsiir-nya, Ibnu Abi Syaibah dalam Mushannaf-nya, ‘Abdurrazzaaq dalam Mushannaf-nya, Al-Baihaqiy dalam Sunan-nya, dan banyak kitab-kitab sunan lainnya yang menyebutkan perkataan salaf dalam hal ini. Maka tidak boleh dikatakan atsar salaf itu tidak ada nilainya, bahkan kita mengambil faedah dari perkataan/pemahaman mereka (salaf). Dan sudah seharusnya kita memahami Kitabullah dan sunnah Rasul-Nya shallallaahu ‘alaihi wa sallam berdasarkan atas pemahaman mereka.
أما أنها حجة فلا ،الله - سبحانه وتعالى - يقول :(( وما اختلفتم فيه من شيءٍ فحكمه إلى الله )) (سورة الشورى :١٠) . ويقول : ((فإن تنازعتم في شيءٍ فردوه إلى الله والرسول ))( سورة النساء :٥٩ ) ، ويقول :(( وأن هذا صراطي مستقيماً فاتبعوه ))(سورة الأنعام :١٥٣ ) . ويقول :(( وما آتاكم الرسول فخذوه ))(سورة الحشر :٧).
أما القسم الثالث لأننا قد ذكرنا قسمين: رفض أقوال الصحابة والتابعين وقال هم رجال ونحن رجال خصوصاً جماعة التكفير ، وقسم آخر غلا فيه ويحتج بها ويجعلها حجة فهذا أخطأ لما سمعتم من الأدلة ، القسم الثالث يقول : نستعين بالله - سبحانه وتعالى - ثم بأفهام سلفنا الصالح على فهم الكتاب والسنة والله المستعان.
“Adapun jika dianggap atsar salaf itu merupakan hujjah, itu tidak benar. Allah subhaanahu wa ta’ala berfirman : ‘Tentang sesuatu apa pun kamu berselisih maka putusannya (terserah) kepada Allah’ (QS. Asy-Syuuraa : 10). ‘Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Qur'an) dan Rasul (sunnahnya)’ (QS. An-Nisaa’ : 59). ‘dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia’ (QS. Al-An’aam : 153). ‘Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia’ (QS. Al-Hasyr : 7).
Dan kelompok ketiga, karena kita telah menyebutkan dua kelompok awal : (Pertama) kelompok yang menolak/meninggalkan perkataan shahabat dan taabi’iin, dimana mereka berkata : ‘Mereka laki-laki dan kita pun laki-laki (hum rijaal wa nahnu rijaal)’ – khususnya kelompok ini adalah Jama’ah Takfir[1]. (Kedua), kelompok yang berlebih-lebihan padanya. Mereka berhujjah dengannya dan menjadikan atsar salaf sebagai hujjah. Ini adalah keliru sebagaiman kalian telah dengar dalil-dalilnya (yang menolak praktek tersebut).
Kelompok ketiga (inilah yang benar), mereka berkata : Kami meminta pertolongan Allah subhaanahu wa ta’ala - , kemudian dengan pemahaman-pemahaman as-salafush-shaalih dalam memahami Al-Qur’an dan As-Sunnah. Wallaahul-musta’aan.
[selesai – abul-jauzaa’ – perumahan ciomas permai, ciapus, ciomas, bogor – 25111434/30092013 – 22:00 – sumber : sahab.net].