ENTAH mengapa, kisah Nabi Yuusuf Alaihissalam kerap dijadikan rujukan bagi sebagian kalangan untuk hal-hal yang sama sekali tidak tepat. Pada saat presiden sebuah partai berbau Islam kejeblos kasus korupsi sapi impor, Anis Matta menjadikan kisah Nabi Yuusuf Alaihissalam sebagai salah satu ilustrasi dalam rangka meyakinkan pengikutnya bahwa kasus yang sedang menimpa sang presiden adalah rekayasa.
Sebelumnya, ketika habib muda yang sedang naik daun dari majelis taklim Nurul Musthofa dibongkar perilaku munkarnya berupa dugaan kelainan orientasi seks dengan pengikut lelakinya, melakukan pelecehan seksual terhadap pengikut perempuannya, lalu sejumlah pengikutnya yang lain tampil membela dengan gaya dan argumen yang membabi-buta.
Antara lain, ada yang menganalogkan kasus Habib Hasan bin Ja’far Assegaf bagaikan kisah Nabi Yuusuf Alaihissalam pada masa kini. Mereka ada yang mengatakan, “…kisah Nabi Yuusuf Alaihissalam terulang kembali pada tahun ini…”
Padahal kasus yang terjadi pada diri Habib Hasan bin Ja’far Assegaf bertolak belakang dengan peristiwa yang dialami Nabi Yuusuf Alaihissalam (QS Yuusuf ayat 23-29). Dalam kisah Nabi Yuusuf Alaihissalam, sang pemuda tampan ini dalam posisi menampik ajakan berzina yang ditawarkan Zalikha istri pembesar Negeri Mesir saat itu. Sedangkan dalam kasus Habib Hasan bin Ja’far Assegaf, justru sang Habib diduga yang berinisiatif melakukan kejahatan seksual. Bahkan untuk meyakinkan korbannya, menurut si korban, sang Habib mengaku Wali dan Nabi.
Begitulah watak pengikut kesesatan. Bahkan ketika hendak menutupi kesesatan pimpinannya yang jelas bathil, cara yang ditempuh juga bathil. Karena, sama sekali tidak dibenarkan menyamakan kisah Nabi Yuusuf Alaihissalam yang merupakan wahyu Allah kepada Nabi Muhammad sallallahu ‘alaihi wa sallam dengan yang diduga penjahat seks masa kini, Habib HJA. Nabi Yuusuf Alaihissalam maksum, sedangkan Habib ini diduga mesum.
***
Sebuah media mengabarkan, bahwa Anis Matta pernah mengatakan bahwa kasus yang menimpa partai yang dipimpinnya, (partai berbau Islam yang presidennya kejeblos kasus korupsi sapi impor), bagai kisah Nabi Yuusuf Alaihissalam yang juga sempat mengalami keterpurukan namun akhirnya jadi juga menjadi Raja Mesir.
Bagi orang yang jeli, mesti bersikap dengan cermat, agar tidak begitu mudah melahap begitu saja perkataan politisi demi partai yang dipimpinnya itu. Nabi Yuusuf Alaihissalam dimasukkan ke dalam sumur oleh saudara-saudaranya bukan karena ia korupsi sapi impor, bukan pula karena akibat perilakunya yang munkar kemudian dijebloskan oleh saudara-saudaranya.
Nabi Yuusuf Alaihissalam dijebloskan ke dalam sumur karena iri dengki saudara-saudaranya ketika mendapat informasi tak langsung bahwa kelak Nabi Yuusuf Alaihissalam akan menjadi pembesar.
Pada suatu malam Nabi Yuusuf Alaihissalam bermimpi. Di dalam mimpinya, ia melihat sebelas bintang, bulan dan matahari bersujud kepadanya. Esok hari, ia menceritakan hal itu kepada ayahnya, Nabi Ya’qub Alaihissalam.
Menurut sang ayah, “… sebelas bintang adalah saudara-saudaramu. Matahari adalah ayahmu. Bulan adalah ibumu. Semua akan menghormatimu. Kelak kau akan jadi orang besar, maka jangan sampai saudara-saudaramu tahu. Jika saudaramu tahu mereka akan mencelakakanmu.”
Meski sudah berhati-hati, namun dengan kehendak Allah SWT, pembicaraan keduanya terdengar oleh salah seorang diantara saudara-saudara kandung Nabi Yuusuf Alaihissalam. Akibatnya, mereka kian membenci Nabi Yuusuf Alaihissalam.
Maka, dirancanglah sebuah rekayasa untuk melenyapkan Nabi Yuusuf Alaihissalam. Namun karena mereka tidak tega membunuh Nabi Yuusuf Alaihissalam, maka akhirnya sang adik yang tampan itu dimasukkan ke dalam sumur.
Demikianlah kurang lebihnya tentang kisah Nabi Yuusuf Alaihissalam. Lantas, dalam kasus PKS, apa hubungannya dengan kasus presiden partai berbau Islam yang diduga terlibat kasus korupsi sapi impor? Secara akal sehat, jelas tidak ada kaitannya. Namun mengapa Anis Matta menjadikan kisah Nabi Yuusuf Alaihissalam sebagai rujukan?
Yang jelas, apapun alasannya, cara yang ditempuh Anis Matta adalah bathil dalam rangka menutupi kebathilan juga.
Mungkin Anis Matta ingin memberi kesan bahwa partai yang dipimpinnya adalah partai yang bersih dan berpotensi menjadi partai penguasa, sehingga membuat iri dengki partai yang sedang berkuasa dan partai-partai lain yang ingin berkuasa.
Maka, mereka merancang sebuah rekayasa untuk menjebloskan partai “Yuusuf” ini kedalam sumur agar kelak tidak bisa jadi penguasa.
Namun kelak partai “Yuusuf” ini di kemudian hari akan diangkat dari sumur dan masuk ke dalam Istana, kemudian menjadi penguasa.
Jadi, selain Anis Matta telah menutupi kebathilan dengan cara-cara yang bathil, ia sepertinya berorientasi kepada kekuasaan. Kekuasaan yang bergelimang harta, tahta dan wanita. Saat belum menjadi partai penguasa saja, tokoh tertentu partai berbau Islam yang dipimpin Anis Matta sudah bergelimang harta (korupsi). Apalagi kalau sudah lebih berkuasa, berapa banyak gelimangan harta yang akan mereka nikmati?
Barangkali itulah isi kepala Anis Matta: kekuasaan dan kekayaan. Sehingga, dari dua dorongan tadi ia begitu kreatif dan persuasif mencomot kisah Nabi Yuusuf Alaihissalam sebagai analog kasus korupsi sapi yang diduga melibatkan presiden partai berbau Islam ini. (haji/tede/nahimunkar.com)