Tanya : Saya pernah membaca sebuah buku yang menjelaskan bahwa bulan pernah terbelah di jaman Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam. Apakah pernyataan ini memang benar adanya atau hanya takhayul yang berkembang di masyarakat lalu masuk ke ajaran Islam ? Sebab banyak orang di masa sekarang mengingkarinya karena bertentangan dengan ilmu dan teknologi (IPTEK).
Jawab : Pernyataan mengenai terbelahnya bulan di jaman Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam adalah haq (benar). Bahkan itu merupakan aqidah yang harus diyakini/diimani oleh setiap muslim yang mengaku bahwa Allah adalah Tuhannya dan Muhammad shallallaahu ‘alaihi wa sallam adalah nabinya. Peristiwa itu telah disebutkan Allah dalam Al-Qur’an serta dikhabarkan oleh Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam dan para shahabatnya dalam As-Sunnah Ash-Shahiihah.
Allah ta’ala berfirman :
اقْتَرَبَتِ السَّاعَةُ وَانْشَقَّ الْقَمَرُ * وَإِنْ يَرَوْا آيَةً يُعْرِضُوا وَيَقُولُوا سِحْرٌ مُسْتَمِرٌّ
“Telah dekat (datangnya) saat itu dan telah terbelah bulan. Dan jika mereka (orang-orang musyrikin) melihat sesuatu tanda (mu’jizat), mereka berpaling dan berkata : “(Ini adalah) sihir yang terus-menerus”[QS. Al-Qamar : 1-2].
Telah dekat hari kiamat[1]dengan salah satu tandanya, yaitu : telah terbelahnya bulan di jaman Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam. Ketika orang-orang musyrik melihat hujjah dan bukti yang kuat itu, mereka bukannya menerima, namun malah berpaling dan mengatakan itu semua adalah sihir yang disihirkan kepada mereka oleh Muhammad shallallaahu ‘alaihi wa sallam.
أَخْبَرَنَا أَبُو زَكَرِيَّا الْعَنْبَرِيُّ، ثنا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ السَّلامِ، ثنا إِسْحَاقُ، أَنْبَأَ عَبْدُ الرَّزَّاقِ، أَنْبَأَ بْنُ عُيَيْنَةَ، وَمُحَمَّدُ بْنُ مُسْلِمٍ، عَنِ ابْنِ أَبِي نَجِيحٍ، عَنْ مُجَاهِدٍ، عَنْ أَبِي مَعْمَرٍ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: " رَأَيْتُ الْقَمَرَ مُنْشَقًّا بِشِقَّتَيْنِ مَرَّتَيْنِ بِمَكَّةَ قَبْلَ مَخْرَجِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ "، شِقَّةٌ عَلَى أَبِي قُبَيْسٍ، وَشِقَّةٌ عَلَى السُّوَيْدَاءِ، فَقَالُوا: سُحِرَ الْقَمَرُ، فَنَزَلَتْ اقْتَرَبَتِ السَّاعَةُ وَانْشَقَّ الْقَمَرُ، يَقُولُ: " كَمَا رَأَيْتُمْ مُنْشَقًّا، فَإِنَّ الَّذِي أَخْبَرْتُكُمْ عَنِ اقْتِرَابِ السَّاعَةِ حَقٌّ "
Telah mengkhabarkan kepada kami Abu Zakariyyaa Al-‘Anbariy : Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin ‘Abdis-Salaam : Telah menceritakan kepada kami Ishaaq : Telah memberitakan kepada kami ‘Abdurrazzaaq : Telah memberitakan Ibnu ‘Uyainah dan Muhammad bin Muslim, dari Ibnu Abi Najiih, dari Mujaahid, dari Abu Ma’mar, dari ‘Abdullah bin Mas’uud radliyallaahu ‘anhu, ia berkata : “Aku melihat bulan terbelah menjadi dua sebanyak dua kali di Makkah sebelum hijrahnya Nabi shallallaahu ‘alaihi wa aalihi sallam (dari Makkah hijrah menuju Madiinah). Satu belahan pada Abu Qubais, dan belahan yang lain pada As-Suwaidaa’. Mereka (orang-orang kafir) berkata : “Bulan telah disihir !”. Maka, turunlah ayat ayat : ‘Telah dekat (datangnya) saat itu dan telah terbelah bulan’ (QS. Al-Qamar : 1). Ibnu Mas’uud berkata : “Sebagaimana kalian melihat bulan telah terbelah. Sesungguhnya yang aku khabarkan kepada kalian tentang dekatnya hari kiamat adalah benar” [Diriwayatkan oleh Al-Haakim, 2/471; dishahihkan oleh Asy-Syaikh Muqbil dalam Ash-Shahiihul-Musnad min Asbaabin-Nuzuul, hal. 231].
حَدَّثَنَا بِشْرٌ، قَالَ: ثَنَا يَزِيدُ، قَالَ: ثَنَا سَعِيدٌ، عَنْ قَتَادَةَ، قَوْلَهُ: وَإِنْ يَرَوْا آيَةً يُعْرِضُوا وَيَقُولُوا سِحْرٌ مُسْتَمِرٌّ. قَالَ: " إِذَا رَأَى أَهْلُ الضَّلالَةِ آيَةً مِنْ آيَاتِ اللَّهِ قَالُوا: إِنَّمَا هَذَا عَمَلُ السِّحْرِ، يُوشِكُ هَذَا أَنْ يَسْتَمِرَّ وَيَذْهَبَ "
Telah menceritakan kepada kami Bisyr, ia berkata : Telah menceritakan kepada kami Yaziid, ia berkata : Telah menceritakan kepada kami Sa’iid, dari Qataadah tentang firman-Nya ta’ala: ‘Dan jika mereka (orang-orang musyrikin) melihat sesuatu tanda (mu’jizat), mereka berpaling dan berkata : “(Ini adalah) sihir yang terus-menerus’ (QS. Al-Qamar : 2). Ia (Qataadah) berkata : “Jika orang-orang yang sesat melihat satu ayat di antara ayat-ayat Allah, mereka berkata : ‘Ini hanyalah trik-trik sihir yang sedang berlangsung dan hampir-hampir akan selesai” [Diriwayatkan oleh Ath-Thabariy dalam Jaami’ul-Bayaan, 22/570; sanadnya shahih].
Secara mudah dapat dipahami secara langsung dari QS. Al-Qamar ayat 1, bahwa bulan telah terbelah dimana ayat tersebut menggunakan fi’il madli (kata kerja lampau) yang berarti telah terjadi. Untuk merubah makna lampau menjadi makna yang akan datang membutuhkan dalil, dan di sini tidak ada.
Pada qira’at Hudzaifah bin Yaman radliyallaahu ‘anhu, ayat ini dibaca :
قَدِ اقْتَرَبَتِ السَّاعَةُ، وَقَدِ انْشَقَّ الْقَمَرُ
“Sungguh telah dekat (datangnya) saat itu dan sungguh telah terbelah bulan” [Diriwayatkan oleh ‘Abdurrazzaaq 3/193 no. 5285; sanadnya hasan].
Kata قَد(sungguh) merupakan bentuk penekanan (taukid), sehingga dalam ayat ini mengkhabarkan bahwa bulan benar-benar telah terbelah.
Apalagi jika kita perhatikan ayat setelahnya yang memperkuat makna itu :
وَكَذَّبُوا وَاتَّبَعُوا أَهْوَاءَهُمْ وَكُلُّ أَمْرٍ مُسْتَقِرٌّ
“Dan mereka mendustakan (Nabi) dan mengikuti hawa nafsu mereka, sedang tiap-tiap urusan telah ada ketetapannya” [QS. Al-Qamar : 3].
Ayat ini dinyatakan dalam bentuk lampau (telah terjadi), yaitu orang-orang musyrik setelah melihat terbelahnya bulan, mereka tetap mendustakan Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam.
Dikuatkan lagi dengan keberadaan hadits shahih yang merekam peristiwa terbelahnya bulan :
حَدَّثَنَا صَدَقَةُ بْنُ الْفَضْلِ، أَخْبَرَنَا ابْنُ عُيَيْنَةَ، عَنْ ابْنِ أَبِي نَجِيحٍ، عَنْ مُجَاهِدٍ، عَنْ أَبِي مَعْمَرٍ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: انْشَقَّ الْقَمَرُ عَلَى عَهْدِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ شِقَّتَيْنِ، فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " اشْهَدُوا "
Telah menceritakan kepada kami Shadaqah bin Al-Fadhl : Telah mengkhabarkan kepada kami Ibnu ‘Uyainah, dari Ibnu Abi Najiih, dari Mujaahid, dari Abu Ma’mar, dari ‘Abdullah bin Mas’uud radliyallaahu ‘anhu, ia berkata : “Bulan pernah terbelah di jaman Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam menjadi dua bagian. Lalu Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda : ‘Persaksikanlah !” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhaariy no. 3636].
حَدَّثَنَا عَبْدُ بْنُ حُمَيْدٍ، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ كَثِيرٍ، حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ كَثِيرٍ، عَنْ حُصَيْنٍ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ جُبَيْرِ بْنِ مُطْعِمٍ، عَنْ أَبِيهِ، قَالَ: " انْشَقَّ الْقَمَرُ عَلَى عَهْدِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَتَّى صَارَ فِرْقَتَيْنِ عَلَى هَذَا الْجَبَلِ وَعَلَى هَذَا الْجَبَلِ "، فَقَالُوا: سَحَرَنَا مُحَمَّدٌ، فَقَالَ بَعْضُهُمْ: لَئِنْ كَانَ سَحَرَنَا مَا يَسْتَطِيعُ أَنْ يَسْحَرَ النَّاسَ كُلَّهُمْ ".
Telah menceritakan kepada kami ‘Abd bin Humaid : Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Katsiir : Telah menceritakan kepada kami Sulaimaan bin Katsiir, dari Hushain, dari Muhammad bin Jubair bin Muth’im, dari ayahnya, ia berkata : “Bulan pernah terbelah di jaman Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam hingga menjadi dua bagian, yang satu di atas gunung ini dan yang lain di atas gunung ini”. Mereka (orang-orang kafir) berkata : “Muhammad telah menyihir kita”. Sebagian lain di antara mereka berkata : “Seandainya ia telah menyihir kita, niscaya ia tidak mampu menyihir semua manusia” [Diriwayatkan oleh At-Tirmidziy 5/320 no. 3289; sanadnya hasan].
حَدَّثَنِي عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عَبْدِ الْوَهَّابِ، حَدَّثَنَا بِشْرُ بْنُ الْمُفَضَّلِ، حَدَّثَنَا سَعِيدُ بْنُ أَبِي عَرُوبَةَ، عَنْ قَتَادَةَ، عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ: أَنَّ أَهْلَ مَكَّةَ سَأَلُوا رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ يُرِيَهُمْ آيَةً، فَأَرَاهُمُ الْقَمَرَ شِقَّتَيْنِ حَتَّى رَأَوْا حِرَاءً بَيْنَهُمَا "
Telah menceritakan kepadaku ‘Abdullah bin ‘Abdil-Wahhaab : Telah menceritakan kepada kami Bisyr bin Al-Mufadldlal : Telah menceritakan kepada kami Sa’iid bin Abi ‘Aruubah, dari Qataadah, dari Anas bin Maalik radliyallaahu ‘anhu : Bahwasannya penduduk Makkah meminta Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam agar diperlihatkan kepada mereka satu ayat. Maka beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallammemperlihatkan kepada mereka bulan terbelah menjadi dua, hingga mereka dapat melihat Hiraa’ di antara kedua belahan tersebut [Diriwayatkan oleh Al-Bukhaariy no. 3868].
Asy-Syaukani rahimahullahberkata :
والحاصل أنا إذا نظرنا إلى كتاب الله ، فقد أخبرنا بأنه انشقّ ، ولم يخبرنا بأنه سينشق ، وإن نظرنا إلى سنة رسول الله صلى الله عليه وسلم ، فقد ثبت في الصحيح ، وغيره من طرق متواترة أنه قد كان ذلك في أيام النبوّة ، وإن نظرنا إلى أقوال أهل العلم ، فقد اتفقوا على هذا ، ولا يلتفت إلى شذوذ من شذّ ، واستبعاد من استبعد
“Kesimpulannya, bahwasannya jika kita melihat Kitabullah, sungguh Allah telah mengkhabarkan kepada kita bulan telah terbelah, dan Allah sama sekali tidak mengkhabarkan kepada kita bulan akan terbelah. Jika kita melihat sunnah Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam, sungguh telah tetap dalam kitab Ash-Shahiih dan yang lainnya dari jalan-jalan mutawatir bahwa peristiwa terbelahnya bulan terjadi di masa nubuwwah. Dan jika kita melihat pada perkataan para ulama, sungguh mereka telah sepakat (ijmaa’) tentang hal ini. Janganlah menengok kepada pendapat yang ganjil dan kemustahilan (yang diucapkan) orang yang menganggap mustahil” [Fathul-Qadiir, 5/120].
Oleh karena itu, peristiwa terbelahnya bulan telah menjadi ‘aqidah aksiomatik bagi orang-orang yang beriman dari dulu hingga sekarang.
Tentang masalah pengingkaran orang yang ingkar, maka telah berlalu hal yang sama dari kalangan orang musyrik/kafir. Sejarah berulang. Pengingkaran semacam ini akan senantiasa ada sepanjang jaman, sehingga tidak layak bagi kita menyibukkan diri memperhatikannya.
Seandainya IPTEK tidak bisa membuktikan bulan pernah terbelah, bukan berarti bulan tidak pernah terbelah. Ini merupakan ayat Allah (mu’jizat) yang besar yang tidak mewajibkan manusia dapat membuktikan kebenarannya melalui sains. Jangankan terbelahnya bulan, IPTEK manusia sampai hari ini tidak pernah bisa menjelaskan fenomena sihir[2]dalam perspektif sains modern, padahal kejadian itu (masih) mudah ditemui di sekitar kita. Kewajiban yang dituntut Allah dan Rasul-Nya hanyalah mengimaninya.
Wallaahu a’lam.
Semoga Allah senantiasa memberikan petunjuk kepada kita semua.
[abul-jauzaa’ - perumahan ciomas permai, ciapus, ciomas, bogor - 03071434/12052013 – 23:33].
[1] Tentang dekatnya hari kiamat, Allah ta’ala berfirman :
اقْتَرَبَ لِلنَّاسِ حِسَابُهُمْ وَهُمْ فِي غَفْلَةٍ مُعْرِضُونَ
“Telah dekat kepada manusia hari menghisab segala amalan mereka, sedang mereka berada dalam kelalaian lagi berpaling (daripadanya)” [QS. Al-Anbiyaa’ : 1].
يَسْأَلُكَ النَّاسُ عَنِ السَّاعَةِ قُلْ إِنَّمَا عِلْمُهَا عِنْدَ اللَّهِ وَمَا يُدْرِيكَ لَعَلَّ السَّاعَةَ تَكُونُ قَرِيبًا
“Manusia bertanya kepadamu tentang hari berbangkit. Katakanlah: "Sesungguhnya pengetahuan tentang hari berbangkit itu hanya di sisi Allah". Dan tahukah kamu (hai Muhammad), boleh jadi hari berbangkit itu sudah dekat waktunya” [QS. Al-Ahzaab : 63].
Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
بُعِثْتُ أَنَا وَالسَّاعَةَ هَكَذَا "، وَيُشِيرُ بِإِصْبَعَيْهِ فَيَمُدُّ بِهِمَا
“Aku diutus sedangkan aku dan hari kiamat seperti ini” – beliau berisyarat dengan dua jarinya, lalu menjulurkannya [Diriwayatkan oleh Al-Bukhaariy no. 5301 & 6503, Muslim no. 2950, dan yang lainnya dari Sahl bin Sa’d As-Saa’idiy radliyallaahu ‘anhu].
[2] Silakan baca artikel : Sihirdan Pasal Santet.