Israel, Judaisme dan Zionisme


Ceramah Rabbi Ahron Cohen di Universitas Birmingham, Inggris. 26 Februari 2003
Rabbi Ahron Cohen

rabbi-ahron-cohenSaudaraku, merupakan suatu kehormatan mendapat kesempatan berbicara kepada Anda hari ini.
Saya dan rekan-rekan saya dari Neturei Karta menghadiri acara seperti ini karena kami merasa bahwa kami mempunyai tugas keagamaan dan kemanusiaan untuk menyampaikan pesan-pesan kami sebanyak mungkin. Karena itu saya berharap dan berdoa semoga atas pertolongan Sang Pencipta kata-kata saya dan diskusi kita disini hari ini semoga benar dan tepat dalam isi dan kesimpulannya.
Sebagaimana sudah diutarakan, saya seorang Yahudi ortodox yaitu seorang Yahudi yang berupaya sepenuhnya hidup sejalan dengan agama Yahudi.  Saya terlibat dalam tugas-tugas keagamaan/kependetaan di ruang lingkup komunitas Yahudi dan terutama terlibat dalam mendidik generasi muda kami, dan dalam membantu mereka untuk mencapai sikap yang sehat dan benar. Oleh karena itu, merupakan perhatian istimewa bagi saya hari ini dapat berbicara kepada Anda, dewan mahasiswa.
Saya diminta untuk membahas tentang Judaisme dan Zionisme.  Materi ini tentu amat relevan dengan situasi saat ini di Palestina. Mari kita lihat dari satu sisi yakni Zionis (yaitu, juga Yahudi) yang ingin memaksakan sebuah negara 'sektarian' terhadap penduduk asli bangsa Palestina. Konfrontasi yang berakibat pertumpahan darah karena kebrutalan yang mengerikan tanpa akhir kecuali jika ada perubahan radikal.
Kualifikasi saya untuk berbicara mengenai materi ini disebabkan posisi saya sebagai salah seorang Yahudi Ortodox yang benar-benar bersimpati dengan tujuan orang Palestina dan kami memprotes keras terhadap kejahatan mengerikan terhadap orang Palestina yang dilakukan oleh rezim Zionis yang tidak sah di Palestina.
Kelompok yang menjadi ujung tombak di antara kita yang terlibat aktif dalam masalah ini biasanya disebut Neturei Karta yang terjemahan bebasnya "Pengawal Agama".  Kami bukan partai atau organisasi terpisah tetapi pada dasarnya mewakili filsafat sekte luas dari Keyahudian ortodox.
Pertama-tama izinkan saya mengkategorikan bahwa Judaisme dan Zionisme tidak dapat berjalan harmonis. Keduanya secara diametrik bertentangan.
Pertanyaan itu tentu harus muncul dalam pikiran Anda disini hari ini bahwa ada suatu paradox. Meskipun demikian, setiap orang tahu bahwa Zionis adalah Yahudi dan bahwa Zionis itu adalah untuk kepentingan Yahudi. Orang Palestina adalah musuh Zionis. Bagaimana mungkin seorang Yahudi dapat bersimpati dengan tujuan orang Palestina?
Saya ingin berupaya menjawab pertanyaan ini dan kembali kepada materi pembahasan saya, yakni Judaisme dan Zionisme dalam dua tingkat yaitu, keyakinan beragama dan humanitarianisme. Patut diingat bahwa untuk menjadi manusiawi (humanitarian) juga. menuntut persyaratan agamis yang mendasar.
Pertama, dari sudut pandang keyakinan beragama Yahudi. Kita harus melihat aspek-­aspek sejarah orang Yahudi dan keyakinan mendasar akan kekuasaan Tuhan terhadap takdir kita dan apa yang Tuhan inginkan tentang kita. Semuanya sebagaimana telah ditetapkan dalam ajaran agama kami, Torah kami, dan sebagaimana telah diajarkan kepada kami dari generasi ke generasi oleh tokoh-tokoh agama kami, sebaiknya kita juga harus melihat sejarah Zionisme, bagaimana perkembangannya, dan apa tujuan­-tujuannya.
Bagi kami agama kami ini sepenuhnya merupakan jalan hidup yang menunjukkan kepada kami bagaimana hidup ini demi Tuhan. Agama itu mempengaruhi setiap aspek kehidupan kita dari buaian sampai kematian. Kita diajari bahwa agama itu sampai kepada kita melalui wahyu sebagaimana diterangkan dalam Injil lebih kurang tiga ribu lima ratus tahun yang lalu yakni saat-saat orang Yahudi itu ada.  Semua persyaratan keagamaan baik praktik maupun filosofis ditetapkan dalam Torah terdiri dari Injil (Perjanjian Lama) dan hukum yang luas berupa Ajaran Lisan yang disampaikan kepada kami dari generasi ke generasi.
Sebagaimana telah diutarakan, agama kami merupakan jalan total kehidupan yang mencakup setiap aspek kehidupan kita. Satu ruang lingkup dari agama kami ialah bahwa karena mudah terpengaruh oleh kondisi-kondisi tertentu, kami akan diberi sebidang tanah, Tanah Suci, yang sekarang dikenal dengan Paleslina, tempat untuk kami tinggal dan melaksanakan berbagai kegiatan demi Tuhan.
Sekarang, sebelum saya masuk lebih jauh lagi, saya ingin mengutarakan sesuatu yang amat mendasar untuk memahami perbedaan antara Judaisme dari Zionisme, dan bahwa konsep Yahudi ortodox tentang kebangsaan sangat berbeda dengan konsep kebangsaan yang dianut kebanyakan bangsa. Umumnya bangsa-bangsa itu memahami suatu bangsa sebagai orang-orang tertentu yang hidup di wilayah tertentu. Wilayah itu penting bagi identitas bangsa tersebut. Mereka mungkin atau tidak mungkin mempunyai agama, akan tetapi agama itu bersifat immaterial bagi identitas bangsa itu. Konsep Yahudi ortodox tentang kebangsaan, bagaimanapun juga adalah suatu bangsa tertentu dengan agama tertentu. Agamalah yang membentuk identitas bangsa. Mereka mungkin memiliki tanah atau tidak; tanah itu bersifat immaterial bagi identitas bangsa Yahudi itu.
Hal ini lahir, karena fakta bahwa banyak Yahudi tidak memiliki tanah air selama 2000 tahunan tetapi selama mereka mempertahankan agamanya mereka tetap mempertahankan identitasnya.
Saya sudah sebutkan bahwa kami diberi tanah dengan syarat-syarat tertentu. Pada dasarnya syarat-syarat itu ialah bahwa kami harus menjunjung tinggi standar moral, etika, dan agama. Orang Yahudi tidak mempunyai tanah selama lebih kurang seribu lima ratus tahunan sejak keberadaanya. Namun demikian, dengan menyesal syarat-syarat tadi tidak dipenuhi hingga tingkat yang dituntut, dan orang Yahudi diasingkan dari tanah mereka. Selama lebih kurang dua ribu tahunan orang Yahudi berada di negara pengasingan diperintahkan oleh Yang Maha Kuasa, sebab mereka tidak menjaga standar yang diharapkan dari mereka. Situasi pengasingan itu adalah situasi yang ada hingga hari ini. Hal ini merupakan bagian mendasar dari keyakinan kami untuk menerima dengan ikhlas ketentuan Yang Maha Kuasa dan bukan untuk berusaha dan berperang melawannya atau mengakhirinya dengan tangan kami sendiri. Jika kami melakukan hal itu, berarti kami melawan kehendak Yang Maha Kuasa.
Pada prakteknya, meskipun kami sudah mempertahankan identitas KeYahudian kami karena kepatuhan terhadap agama kami, bagaimanapun juga, pengasingan bagi kami berarti orang Yahudi harus menjadi rakyat yang setia dari negara-negara tempat tinggal mereka dan tidak berusaha menguasai penduduk asli negara itu.
Kedua, bahwa kami tidak boleh berupaya mendirikan sebuah negara kami sendiri di Palestina.
Hal ini mungkin berlaku sekalipun tanah itu tidak akan diduduki dan tentu akan berlaku jika memang ada penduduk asli. Larangan ini merupakan bagian mendasar ajaran kami dan kami disumpah terlebih dahulu untuk tidak melawannya dan kami diperingatkan akan adanya konsekuensi yang mengerikan dari perbuatan tersebut.
Oleh karena itu, sekarang orang Yahudi tidak berhak memerintah di Palestina.
Sekarang mari kita lihat gerakan Zionis. Gerakan ini didirikan sekitar 100 tahunan yang lalu oleh orang-orang sekuler yang meninggalkan agama mereka tapi masih mempertahankan apa yang mereka pandang sebagai stigma keberadaan Yahudi di pengasingan.  Mereka menganggap bahwa keadaan pengasingan kami disebabkan karena terlalu memberikan rasa hormat -  "mentalitas Golus (pengasingan) – dan bukan oleh Doktrin Keagamaan.  Mereka ingin membuang status pengasingannya dan berusaha membangun suatu bentuk identitas baru yang tidak berdasarkan agama, tetapi berdasarkan tanah. Identitas itu berdasarkan dorongan emosi khas tujuan nasionalistik sekuler yang mirip dengan identitas negara-negara lain pada umumnya.  Kebijakan mereka terfokus kepada tujuan pendirian suatu negara Yahudi di Palestina.  Akan tetapi, mereka sedang membentuk suatu jenis Yahudi baru. Kenyataannya bukanlah Yahudi tetapi Zionis.
Gerakan Zionis ini merupakan pengingkaran terhadap ajaran-ajaran dan kepercayaan agama kami pada umumnya dan pengingkaran terhadap pendekatan kami kepada keadaan dalam pengasingan dan sikap kami kepada bangsa-bangsa yang hidup di antara kami.
Produk praktis dari Zionisme dalam bentuk negara yang dikenal sebagai "Israel" sepenuhnya bertentangan dengan Judaisme dan Kepercayaan Yahudi. Nama "Israel" yang aslinya berarti sebagaimana dikenal dengan nama Bani Israel, yaitu orang Yahudi, secara tidak sah digunakan oleh para Zionis. Karena alasan ini banyak orang Yahudi ortodox menghindar jika harus mengakui "Israel" sebagai Negara Zionis.
Ideologi Zionisme tidak berdasarkan ajaran agama tetapi menggunakan alasan kekuatan untuk memperbaiki ketidakadilan dan berusaha memaksakan hasilnya dalam bentuk Negara. Hal ini sepenuhnya bertentangan dengan pendekatan terhadap masalah pengasingan yang dituntut Torah sebagaimana telah diturunkan kepada kami oleh guru-guru besar agama kami.
Sampai sekarang saya telah berbicara dari sudut pandang agama. Mari kita lihat dari sudut pandang kemanusiaan (untuk melakukan hal ini juga merupakan tuntutan keagamaan sebagaimana telah saya bahas sebelumnya). Ideologi Zionis baik dahulu maupun sekarang adalah untuk memaksakan tujuan pendirian suatu Negara tanpa memperdulikan resiko dalam kehidupan dan hak milik siapapun yang turut andil berdiri di jalan itu. Bangsa Palestina turut andil di jalan itu. Kami mempunyai fakta bahwa untuk mencapai ambisi nasionalistik yang dibentuk secara tidak sehat, suatu perlawanan rnengejutkan terhadap keadilan alami yang dilakukan oleh Zionis dalam rangka membentuk rezim ilegal di Palestina. Hal ini sepenuhnya bertentangan dengan kehendak penduduk yang sudah lama mapan yaitu bangsa Palestina. Tidak dapat dihindari lagi rezim ini berdiri atas dasar memusnahkan kehidupan, pembunuhan dan pencurian terhadap bangsa Palestina.
Pada umumnya orang Yahudi Ortodox menerima pandangan Neturei Karta karena secara prinsip mereka tidak setuju dengan keberadaan Negara Zionis dan mereka tidak akan bersedih dengan mencucurkan air mata jika Negara Zionis itu musnah. Namun demikian, dewasa ini ada pendapat-pendapat tentang bagaimana menangani kenyataan bahwa saat ini Negara Zionis itu telah ada. Pendapat-pendapat ini berkisar dari kerja sama yang positif, nenerima secara pragmatis, sampai kepada perlawanan total dengan segala cara. Yang disebutkan belakangan adalah pendekatan yang dilakukan oleh Neturei Karta.
Bagaimanapun, ada fenomena Zionis lainnya yang membingungkan gambaran di atas, yakni Zionis religius. Orang-orang ini mengklaim taat kepada agama Yahudi tetapi mereka dipengaruhi oleh falsafah nasionalistik sekuler dari Zionis dan telah menambahkan suatu dimensi baru terhadap Judaisme dan Zionisme yang bertujuan membentuk serta memperluas Negara Yahudi di Palestina. Mereka berupaya memenuhinya dengan penuh semangat (Saya menyebutnya Judaisme plus). Mereka mengklaim bahwa Judaisme plus ini merupakan bagian alami dari agama Yahudi. Tetapi, kenyataannya sebagaimana diutarakan terdahulu bahwa Judaisme plus ini mutlak bertentangan dengan ajaran-ajaran dari guru-guru besar agama kami.
Lebih jauh lagi, dari sudut pandang kemanusiaan baik dahulu maupun sekarang ideologi mereka juga memaksakan tercapainya tujuan tanpa memandang resiko kehidupan dan hak milik siapapun. Bangsa Palestina tetap di jalan hidupnya. Hal ini lebih mengejutkan lagi karena dilakukan atas nama agama. Sedangkan kenyataannya ideologi mereka sepenuhnya bertentangan dengan ajaran agama kami yakni kami harus memperlakukan semua bangsa dengan perasaan sayang terhadap orang lain.
Sebagai kesimpulan, menurut kepercayaan Torah dan Yahudi, bangsa Palestina Arab sekarang ini mengklairn bahwa mereka di Palestina adalah bennar dan adil.  Zionis mengklaim bahwa hal itu salah dan jahat.  Sikap kami terhadap Israel ialah bahwa seluruh konsep Zionis itu cacat dan tidak sah di mata hukum.
Kita mempunyai masalah lain. Zionis telah menjadikan diri mereka muncul sebagai perwakilan dan juru bicara dari semua orang Yahudi.  Karenanya, tindakan-tindakan mereka mengakibatkan timbulnya kebencian terhadap orang Yahudi.  Mereka yang punya kebencian ini dituduh sebagai anti-semitisme.  Namun bagaimanapun juga, apa yang harus dibuat benar-­benar jelas bahwa Zionisme bukanlah Judaisme (agama Yahudi).  Zionis tidak dapat berbicara atas nama Yahudi.  Penghusung Zionis mungkin saja terlahir sebagai Yahudi, tetapi untuk menjadi seorang Yahudi juga dituntut ketaatannya terhadap keyakinan dan agama Yahudi. Jadi cukup jelas bahwa perlawanan terhadap Zionisme dan kejahatan-kejahatannya tidak berarti merupakan kebencian terhadap Yahudi atau "anti-Semitisme". Sebaliknya, Zionisme sendiri dan tindakan-tindakannya merupakan ancaman terbesar bagi orang-orang Yahudi dan Judaisme.
Pertentangan antara Arab dan Yahudi di Palestina berawal ketika perintis-perintis Zionis pertama kali datang ke Palestina dengan bertujuan untuk membentuk sebuah negara di atas wilayah penduduk asli orang Arab Palestina.  Pertentangan ini berlangsung sampai sekarang dan terus menerus menyebabkan timbulnya korban ribuan nyawa manusia. Penindasan, serangan dengan kekerasan di Palestina merupakan tragedi yang tidak hanya menimpa bangsa Palestina, tetapi juga bagi orang Yahudi. Nyatanya tragedi yang terjadi merupakan akibat mengerikan yang telah diperingatkan, karena merupakan pelanggaran terhadap aturan agama kami, yaitu untuk tidak memberontak terhadap hukuman pengasingan kami.
Saya ingin menambahkan bahwa hubungan antara Muslim dan Yahudi dimasa lalu. Umumnya hubungan kedua belah pihak bersahabat dan saling menguntungkan satu sama lain.  Menurut sejarah, situasi itu kerap kali terjadi ketika orang Yahudi dieksekusi di Eropa, mereka menemukan tempat pengungsian di berbagai negara Muslim.  Sikap kami kepada Muslim dan bangsa-bangsa Arab tidak lain hanya ramah dan rasa hormat.
Saya ingin mengakhiri ceramah ini dengan kata-kata berikut.  Kami ingin memberitahu dunia, khususnya Muslim tetangga kami, bahwa tidak ada kebencian atau permusuhan antara Yahudi dan Muslim. Kami ingin hidup bersama sebagai teman dan tetangga seperti yang kami lakukan dalam sebagian besar waktu kami dalam ratusan bahkan ribuan tahun di semua negara-negara Arab. Hanya dengan munculnya Zionis dan Zionisme yang merusak hubungan baik yang telah berlangsung selama ini.
Kami menganggap bangsa Palestina sebagai orang-orang yang mempunyai hak untuk memerintah di Palestina.
Negara Zionis dikenal sebagai "Israel" adalah sebuah rezim yang tidak memiliki hak untuk hidup. Melanjutkan keberadaannya adalah merupakan penyebab dari perselisihan di Palestina.
Kami berdoa untuk sebuah solusi atas kebuntuan yang mengerikan dan tragis. Mudah-mudahan dengan berdasarkan pesan moral, tekanan politik dan ekonomi dijatuhkan oleh negara-negara di dunia kepada Israel.
Kami berdoa untuk mengakhiri pertumpahan darah dan mengakhiri penderitaan semua orang yang tidak berdosa - Yahudi dan non-Yahudi semuanya di seluruh dunia.
Kami sedang menunggu pengakhiran dan peniadaan Zionisme dan rezim Zionis, yang akan mengakhiri penderitaan rakyat Palestina. Kami akan menyambut kesempatan untuk tinggal dalam perdamaian di tanah suci di bawah aturan yang sepenuhnya sesuai dengan keinginan dan aspirasi rakyat Palestina.
Semoga kita segera dapat beroleh kesempatan dimana seluruh umat manusia akan hidup damai satu sama lain.
Diterjemahkan oleh: akhirzaman.info

wdcfawqafwef