KEAJAIBAN TIGA BURUNG

Burung memiliki kelebihan dan keunikan tersendiri. Dalam Al-Qur’an Allah mengabadikan beberapa kisah tentang peran burung dalam perjuangan lii’lahi kalimatillah (menjunjung tinggi kalimat Allah). Kalau kita membaca sejarah, terutama sejarah Nabi-nabi Allah SWT., maka kita akan menjumpai kisah kreatifitas burung Hud-hud pada zaman nabi Sulaiman as, sebagaimana telah diceritakan oleh Allah SWT., dalam Al-Qur’an. Suatu ketika burung Hud-hud mengadakan perjalanan tanpa sepengetahuan nabi Sulaiman as. selaku raja, pemimpin dan rasul.


Dalam perjalanannya ia mendapati suatu kerajaan indah yang dipimpin oleh seorang wanita bernama ratu Bilqis. Kemudian ia melihat ratu beserta rakyatnya tidak menyembah Allah. Justru mereka menyembah matahari.

Maka seekor burung Hud-hud tersebut menemui nabi Sulaiman as. dan  menceritakan semua peristiwa yang ia saksikan di kerajaan Bilqis. Mendengar laporan burung Hud-hud nabi Sulaiman as segera mengirimkan sebuah surat  kepada ratu Bilqis dengan diawali kalimat basmalah yang intinya mengajak dia beserta rakyatnya untuk masuk agamanya. Singkat cerita, ratu Bilqis dan rakyatnya akhirnya mengikuti ajakannya.  Melihat peran dan usahanya, penulis menyebutnya (burung da’i). karena melalui kreatifitasnya ia mampu mengislamkan sebuah kerajaan.

Dalam kisah lain disebutkan, pada zaman nabi Nuh as. ketika terjadi banjir yang sangat besar. Beberapa bulan kemudia nabi Nuh as mengutus seekor burung dara untuk melihat kondisi air. Burung dara tersebut langsung terbang ke angkasa melihat situasi perairan. Tak lama kemudian ia mendapati sebatang ranting pepohonan yang muncul ke permukaan air, maka ia menyimpulkan bahwa air bah sudah mulai surut. Kemudian ia membawanya ke hadapan nabi Nuh as. sebagai bukti air sudah mulai surut.

Pada perkembangan selanjutnya, kisah ini dikenal sebagai awal sejarah ilmu jurnalistik. Burung dara yang diberi tugas oleh nabi Nuh as untuk mencari berita (kondisi air) dikenal sebagai jurnalis. Sedangkan kapal yang ditumpangi nabi Nuh as berserta para pengikutnya disebut tempat redaksi. Berdasarkan kisah tersebut maka penulis menyebut burung dara tersebut sebagai “Burung Jurnalis”.

Lain zaman nabi Nuh as lain pula zaman Nabi Muhammad saw., pada zaman Rasulullah kisah mengenai burung terkenal ketika terjadi penyerbuan pasukan gajah ke kota Madinah. Kemudian Allah mengutus pasukan burung Ababil untuk melawannya. Dengan bersenjatakan batu kerikil burung-burung tersebut melemparkannya kepada pasukan gajah, tak lama kemudian pasukan gajah roboh. Berkat kecerdikan dan ketangkasan pasukan burung itu di medan laga, maka penulis menamainya sebagai “burung militer”.

Pada dasarnya apa yang dilakukan burung-burung pada kisah di atas dapat dilakukan manusia. Seperti aktivitas berdakwah (Burung Hud-hud), menjadi wartawan (Burung Dara) dan menjadi pasukan militer (Burung Ababil). Dan ketiga-tiganya memiliki peran signifikan dalam kehidupan manusia. Kegiatan berdakwah merupakan suatu kewajiban umat manusia. “Serulah ke jalan Tuhanmu dengan hikmah ….”

Seorang jurnalis atau pemburu berita sangat diperlukan dalam kehidupan masyarakat. Setiap orang butuh informasi (berita). Ada yang mengatakan, orang yang mampu menguasai masa depan adalah orang yang mampu menguasai informasi. Demikian juga dengan kemiliteran, bila sebuah negara tidak ada pasukan militernya, maka negera tersebut tidak akan bertahan lama. Pasukan militer ini dibutuhkan untuk mempertahankan negara dan menjaga keamanan bangsa dan negara. Oleh karenya dibutuhkan skill (keterampilan) dalam kemiliteran. Walaupun demikian, bukan berarti setiap orang menjadi pasukan militer tanpa ada yang mendalami ilmu agama dan pengetahuan. (dzuzant)

wdcfawqafwef