• Ismail menjawab: "Wahai ayahku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar." Saat Nabi Ibrahim as mengutarakan maksudnya untuk menyembelihnya.
• Anak gembala itu berkata, ”Terima kasih, akan tetapi saya sedang berpuasa.” Mendengar itu, Abdullah r.a. memandang anak gembala itu dengan kagum dan berkata, ”Hai anak gembala, di hari yang panas seperti ini engkau berpuasa sambil menggembala kambing pula?” Anak itu menjawab, ”Tuan, api neraka itu lebih panas lagi.”
• Anak gembala itu menangis dan berkata, ”Walaupun majikan saya tidak melihat dan mengetahui apa yang saya kerjakan. Semoga Allah memaafkan tuan. Di manakah Allah?” dan anak tersebut terus menerus mengulang perkataannya itu sambil menangis, ”Di manakah Allah? Di manakah Allah?” Saat ia ditawari untuk menjual kambing gembalaannya tanpa izin majikannya.
• Bayi itu berkata kepada ibunya: “Wahai ibunda, bersabarlah, karena sesungguhnya engkau di atas kebenaran.” Dalam kisah Ashabul Ukhdud saat sang ibu mundur karena takut diceburkan ke dalam api yang menyala oleh raja yang zhalim.
• Sahut si anak, "Kaulah yang harus hati-hati hai Syaikh! Jatuhku hanya melukaiku. Sementara tergelincirnya 'ulama menyesatkan semesta." Saat ia dinasihati oleh Imam Abu Hanifah yang khawatir anak itu tergelincir saat bermain.
• Berkata Bayi (Isa): "Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia memberiku Al Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang nabi, dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkati di mana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku (mendirikan) shalat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup; dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka. Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali." Saat kaumnya bertanya kepada Maryam tentang bayi yang dibawanya.
• Saya lantas menjawab. 'Tuan sejak kecil ibu saya telah mengajar saya untuk berkata jujur. Hingga sebelum berangkat untuk menuntut ilmu ke Baghdad ini pun, ibu saya berpesan agar saya berkata jujur. Saya tidak ingin melanggar nasihat dan pesan ibu saya. Apalah artinya uang 40 dinar saya ini tuan, bagi seorang yang mau menuntut ilmu karena Allah'. Syaikh Abdul Qadir Jailani kecil berkata kepada perampok yang bertanya kenapa ia mengaku mempunyai uang.
Jumat, 12 Oktober 2012
RENUNGAN