Diriwayatkan dari Al-Imaam Ahmad rahimahullah, ia berkata :
أصولُ الإسلام على ثلاثة أحاديث : حديث عمرَ : ((الأعمالُ بالنيات )) ، وحديثُ عائشة : (( مَنْ أحدثَ في أمرِنا هذا ما ليس منهُ ، فهو ردٌّ ))، وحديثُ النُّعمانِ بنِ بشيرٍ : (( الحلالُ بيِّنٌ ، والحَرامُ بَيِّنٌ)).
“Pokok-pokok Islam ada pada tiga hadits : (1) Hadits Umar radliyallaahu ‘anhu : ‘Sesungguhnya seluruh amal perbuataan itu dengan niat’; (2) Hadits ‘Aaisyah radliyallaahu ‘anhaa : ‘Barangsiapa yang mengada-adakan perkara baru dalam urusan agama kami yang bukan merupakan bagian darinya, maka tertolak’; dan (3) Hadits An-Nu’maan bin Basyiir : ‘Yang halal itu jelas dan yang haram itu jelas’” [Tharhut-Tatsriib2/5 dan Al-Fath 1/15].
Al-Haakim rahimahullah berkata :
حدَّثُونا عَنْ عبدِ الله بنِ أحمدَ ، عن أبيه : أنّه ذكرَ قوله عليه الصَّلاةُ والسَّلام : (( الأعمال بالنيات )) ، وقوله : (( إنّ خَلْقَ أحَدِكُم يُجْمَعُ في بطنِ أُمِّهِ أربَعينَ يوماً )) ، وقوله : (( مَنْ أَحْدَث في أمرنا هذا ما ليس منه فهو رَدٌّ)) فقال : ينبغي أنْ يُبدأ بهذه الأحاديثِ في كُلِّ تصنيفٍ ، فإنّها أصولُ الحديث.
”Para ulama berkata kepada kami, dari Abdullah bin Ahmad dari ayahnya (Ahmad bin Hanbal), bahwasannya ia menyebutkan sabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam: (1) ‘Sesungguhnya seluruh amal perbuataan itu dengan niat’, (2) ‘Sesungguhnya penciptaan salah seorang dari kalian dikumpulkan di perut ibunya selama empat puluh hari’, (3) ‘Barangsiapa yang mengada-adakan perkara baru dalam urusan agama kami yang bukan merupakan bagian darinya, maka tertolak’. Kemudian ia (Al-Imam Ahmad) berkata : ‘Hadits-hadits tersebut semestinya ditempatkan di permulaan setiap tulisan/buku, karena merupakan pokok-pokok hadits”.
Ishaaq bin Rahawaih rahimahullah berkata :
أربعةُ أحاديث هي مِنْ أُصولِ الدِّين : حديث عُمَر : (( إنّما الأعمالُ بالنِّيَّات )) ، وحديث : (( الحلالُ بيِّنٌ والحرامُ بَيِّنٌ )) ، وحديث (( إنَّ خَلْقَ أَحدِكُم يُجْمَعُ في بطنِ أمّه )) ، وحديث : (( مَنْ صَنَعَ في أمرِنا شيئاً ليس منه ، فهو ردٌّ)).
”Empat hadits yang merupakan pokok-pokok dalam agama : (1) Hadits Umar radliyallaahu ‘anhu : ‘Sesungguhnya seluruh amal perbuataan hanyalah dengan niat’, (2) Hadits : ‘Yang halal itu jelas dan yang haram itu jelas’, dan (3) Hadits : ‘Sesungguhnya penciptaan salah seorang dari kalian dikumpulkan di perut ibunya’, dan (4) Hadits : ‘Barangsiapa yang membuat-buat sesuatu dalam urusan agama kami yang bukan merupakan bagian darinya, maka tertolak’”.
Abu Daawud rahimahullah berkata :
كتبتُ عن رسول الله صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خمس مئة ألف حديثٍ، انتخبتُ منها ما ضَمَّنْتُهُ هذا الكتاب - يعني كتابَ " السنن " - جمعت فيه أربعةَ آلاف وثمانمئة حديثٍ ، ويكفي الإنسانَ لدينه مِنْ ذلك أربعةُ أحاديث : أحدُها : قوله صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : (( إنما الأعمالُ بالنِّيَّات )) ، والثاني : قوله صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : (( مِنْ حُسن إسلامِ المرءِ تركُهُ ما لا يعنيه )) ، والثالث : قولُه صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : (( لا يكونُ المُؤمِنُ مؤمناً حتّى لاَ يرضى لأخيه إلاّ ما يرضى لنفسه )) ، والرَّابع : قوله صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : (( الحلال بيِّنٌ ، والحرامُ بيِّنٌ)).
“Aku menulis hadits dari Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam sebanyak 500.000 hadits. Kesemua hadits aku seleksi seperti yang dimuat dalam kitab ini, yaitu As-Sunan, hingga akhirnya aku kumpulkan hadits tersebut sebanyak 4.800 hadits. Di antara hadits-hadits tersebut ada empat hadits yang mencukupi manusia untuk agama mereka, yaitu : (1) Sabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam: ‘Sesungguhnya seluruh amal perbuatan itu hanyalah dengan niat’, (2) Sabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam : ‘Di antara tanda kebaikan keislaman seseorang adalah meninggalkan sesuatu yang tidak berguna baginya’, (3) Sabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam : ‘Seorang mukmin tidak menjadi mukmin hingga ia ridla untuk saudaranya melainkan dengan sesuatu yang ia ridlai untuk dirinya sendiri’, dan (4) Sabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam : ‘Yang halal itu jelas dan yang haram juga jelas”.
Dalam riwayat lain dari Abu Daawud rahimahullah, ia berkata :
الفقه يدورُ على خمسةِ أحاديث : (( الحلال بَيِّنٌ ، والحرامُ بيِّنٌ )) ، وقوله صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : (( لا ضَررَ ولا ضِرارَ )) ، وقوله : (( إنّما الأعمالُ بالنِّياتِ )) ، وقوله : (( الدِّينُ النصيحةُ )) ، وقوله : (( وما نهيتُكم عنه فاجتنبُوه ، وما أمرتُكم به فائتُوا مِنهُ ما استطعتم)).
”Fiqh berputar pada lima hadits : (1) Sabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam : ‘Yang halal itu jelas dan yang haram juga jelas’, (2) Sabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam : ‘Tidak boleh ada mudlarat dan tidak boleh menimbulkan mudlarat”, (3) Sabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam : ‘Sesungguhnya seluruh amal perbuatan itu hanyalah dengan niat”, (4) Sabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam : ‘Agama itu nashihat’, dan (5) Sabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam : ”Apa saja yang aku larang, jauhilah. Dan apa saja yang aku perintahkan, kerjakanlah semampu kalian”.
Dalam riwayat lain dari Abu Daawud rahimahullah, ia berkata :
أصولُ السُّنن في كلِّ فنٍّ أربعةُ أحاديث : حديث عمر (( إنّما الأعمالُ بالنّياتِ )) ، وحديث : (( الحلالُ بيِّن والحرامُ بيِّن )) ، وحديث : (( مِنْ حُسْنِ إسلامِ المرء تَركُهُ ما لا يعنيه )) ، وحديث : (( ازْهَدْ في الدُّنيا يحبكَ الله، وازهد فيما في أيدي النَّاس يُحِبك الناسُ)).
“Pokok-pokok sunnah dalam segala bidang adalah empat hadits, yaitu : (1) Hadits Umar radliyallaahu ‘anhu : ‘Sesungguhnya seluruh amal perbuatan itu hanyalah dengan niat’, (2) Hadits : ‘Yang halal itu jelas dan yang haram juga jelas’, (3) Hadits : ‘Diantara tanda kebaikan keislaman seseorang adalah meninggalkan sesuatu yang tidak berguna baginya’, dan (4) Hadits : ‘Zuhudlah di dunia, niscaya Allah mencintaimu. Dan zuhudlah terhadap apa yang ada di tangan manusia, niscaya mereka mencintaimu”.
Al-Haafidh Abul-Hasan Thaahir bin Mufawwiz Al-Mu'aafiriy Al-Andalusiy rahimahullah[1] pernah bersyair :
عُمْدَةُ الدِّينِ عندَنا كلماتٌ * أربعٌ مِنْ كلامِ خيرِ البريَّه
اتَّق الشُّبهَاتِ وازهَدْ ودَعْ ما * لَيسَ يَعْنِيكَ واعمَلَنَّ بِنيَّه
“Landasan agama menurut kami
adalah empat kalimat dari sabda manusia terbaik
Yaitu jauhilah syubhat, zuhudlah,
dan tinggalkanlah apa yang tidak ada manfaatnya bagimu, dan berbuatlah dengan niat”
[selesai, dikutip Abu Al-Jauzaa’ dari Jaami’ul-‘Ulum wal-Hikam karya Ibnu Rajab Al-Hanbaliy rahimahullah, tahqiiq : Dr. Maahir bin Yaasiin Al-Fahl hafidhahullah, hal. 31-34; Daar Ibni Katsiir, Cet. 1/1429 - perumahan ciomas permai, ciapus, ciomas, bogor - 05091434/14072013 – 00:06 WIB].
[1] Seorang imaam, haafidh, dan pengkritik hebat : Abul-Hasan Thaahir bin Mufawwiz bin Ahmad bin Mufawwiz Al-Mu’aafiriy Asy-Syaathibiy; murid Abu ‘Umar bin Abdil-Barr (Ibnu Abdil-Barr) dan merupakan teman dekatnya. Ia imam, gudang ilmu, pakar hadits, mempunyai kelebihan, wara’, taqwa, berwibawa, dan terkenal. Ia lahir tahun 429 H.
[Siyaaru A’laamin-Nubalaa’ 19/88, Al-‘Ibar 3/305, dan Tadzkiratul-Huffaadh4/1222-1223]