Ideologi Zionis, dari Golda Meir Hingga Newt Gingrich

oleh : Muhammad bin Said Al-Fathisi
Penulis tidak kaget dengan statemen para kandidat partai Republik Amerika di depan Koalisi Yahudi Republik dalam rangkaian kampanye meraup suara yahudi di negeri Paman Sam itu. Sebab kita sudah terbiasa sejak lama dengan statemen propaganda histeris untuk menarik simpati yahudi zionis untuk mempengaruhi opini publik Amerika.
Jika kita runut kembali pidato dan statemen kandidat Partai Republik – Michael Bachman, Meit Romney dan Reck Berry maka kita bisa kita simpulkan bahwa mereka berusahan memanfaatkan (baca; eksploitasi) sejarah politik modern dalam hubungan antara Zio - Amerika untuk kepentingan kampanye pemilu. Ini menjadi masalah normal dalam sikap-sikap politik kandidat presiden Amerika tanpa kecuali.

Hanya saja sayangnya, yang menjadi pengecualian dimana media massa dan para pengamat pun memblowup statemen khusus kandidat Newt Gingrich tentang sejarah politik ideologi zionisme; yakni berupa mitos yang mendasari politik Israel seperti mitos “bangsa pilihan tuhan”, “tanah air tanpa bangsa (Palestina) untuk bangsa tanpa tanah air (yahudi)”, “Yushak dan 6 juta” sebagai contoh saja dari yang diungkap Gingrich.
6 Desember lalu Gingrich melontar statemen mengingatkan dunia dan bangsa yahudi serta zionis secara khusus, “Tidak ada yang namanya Palestina. Sebab kawasan itu dulu di bawah imperium Otoman dan bahwa Palestina adalah bangsa boneka buatan. Mereka sesungguhnya adalah warga Arab. Dalam sejarah mereka adalah bagian dari masyarakat Arab. Sehingga bagi mereka ini kesempatan untuk meninggalkan ke sejumlah tempat.” Bisa kita simpulkan bahwa secara politik dan historis bahwa ideologi kandidat presiden Amerika adalah mendukung kolonialisme Israel.
Sisi sejarah dan ideologi adalah terpenting dalam hal ini;
1.      Memanfaatkan sisi ideologi sejarah zionisme, terutama memanfaatkan politik bagi mitos zionis dalam kampanye pemilu Amerika. Jika terpilih, Gingrich akan fokus memanfaatkan sisi yang satu uini sebagai kampanye dan promosi di pemilu-pemilu kandidat presiden Amerika mendatang.
2.      Ekspansi kekuatan Kristen yang berpihak kepada zionis “Zio Kristen”.
3.      Pengakuan Amerika secara tidak langsung bahwa tanah Arab Palestina adalah milik Israel secara historis. Sehingga Israel hari ini tidak butuh mahkamah atau badan internasional yang mengakui haknya memiliki tanah Palestina dan mengusir warga Palestina dari sana.
Adapun sisi politik statemen Gingrich terlihat dalam poin berikut:
1.      Kesamaan antara statemen Gingrich dengan mantan PM Israel Golda Meir 42 tahun lalu kepada Sunday Times edisi 15 Juni 1969 ketika mengatakan, “Tidak ada itu bangsa Palestina. Masalah ini tidaklah kami datang dan mengusir mereka dari rumah mereka dan merampas tanah mereka. Sebab mereka pada asalnya memang tidak ada.”
2.      Organisasi-organisasi penekan yahudi di Amerika masih kuat. Terutama AIPAC dan lobi yahudi lainnya untuk mempengaruhi arah keputusan politik Amerika untuk kepentingan Israel.
3.      Tidak mengakui Palestina masih menjadi bagian yang tak terpisah dari “ideologi utama” penentu kebijakan politik Amerika. Ini bertentangan dengan propanda AS selama ini.
4.      Fakta di atas menegaskan kebohongan “perdamaian adil” yang selama ini digemborkan oleh AS di Timur Tengah.
5.      Tak ada bedanya antara kandidat Republik dan Demokrat. Keduanya berusaha menarik simpati pemerintah Israel. Kampanye selain itu hanyalah kedok kotor untuk mengelabui bangsa Arab dan umat Islam untuk menarik simpati.
6.      Statemen kandidat presiden AS ini adalah dukungan pimpinan penting Amerika bagi politik ekspansif Israel di Palestina dan intervensinya di Timteng.
Yang penting, statemen Newt Gingrich disampaikan untuk mereview kembali arah politik tentang hakikat sejarah politik zionis. Ini menegaskan bahwa bagi kita bahwa tidak diragukan lagi sulitnya mendekatkan antara Palestina dan Arah di satu sisi dan Israel di sisi lain. Apalagi di tengah situasi kebencian, penghapusan hak historis, politik dan legalitas internasional. Di tambah lagi Israel yang diharapkan mendukung perdamaian antara mereka justru menunjukkan keberpihakan jelas kepada zionis Israel.
Peneliti Urusan Politik, Pimpinan Redaksi Majalah Politik Lembaga Arab Studi Strategi 

wdcfawqafwef