Namaku Tasnim ’Adnan Jum’ah dari kampung Mu’adhamiyah Syam di pinggiran Damascus. Umurku enam tahun. Aku tak bisa sekolah karena rezim membom sekolahku.
Keinginanku cuma satu: Hidup tanpa bahaya apa pun bersama Mama, Baba, kakak-kakak perempuanku, abangku Mahmud. Aku sendiri anak ke delapan. Mahmud satu tahun lebih tua dariku. Aku cinta sekali semua kakak-kakak perempuanku. Mainanku banyak di rumah.
Pada hari Rabu 2 Januari 2013 lalu, Mama masak makanan enak dan kami makan di dekat pemanas rumah. Sambil makan, aku main dengan Mahmud. Tiba-tiba roket dari MiG jatuh ke rumah kami. Itulah hal terakhir yang aku ingat.
Sekarang semua sudah tidak ada. Mamaku, Aminah Jum’ah, Babaku ‘Adnan Jum’ah, kakak sulungku Du’a, saudara-saudara perempuanku yang lain Habah, Bayan, Rawn, Hanan, Hanin dan abangku tercinta Mahmud, juga sudah pergi.
Aku tinggal bersama kakak perempuanku yang sudah menikah dan punya dua anak, Hamzah dan ‘Umar yang tampan. Suami kakakku itu syahid saat berusaha menyelamatkan Mama dan Baba dari balik reruntuhan rumah.
Sekarang ada masih di rumah sakit untuk menjalani pengobatan karena luka bakar akibat roket itu.
Aku cuma ingin tersenyum. Karena aku lebih kuat daripada kalian wahai Syabiha (kakitangan Basyar al-Assad) di pesawat-pesawat kalian.
Aku ingin tersenyum agar Mama di surga melihatku dan tidak khawatir. Mereka tentu kini semua sudah berada di surga. Semua bisa melihat aku dan mereka semua bahagia.
Tapi aku sangat rindu kepada mereka. (Sahabat Suriah)