Mereka disebut ‘teroris’ oleh Basyar al-Assad yang kakitangannya melakukan pemboman tanpa henti di seluruh kawasan Suriah, yang preman-premannya menyiksa, memperkosa dan memutilasi para tawanan. Mereka disebut ‘teroris’ oleh Washington yang mengaitkan mereka dengan, misalnya, Al-Qaidah.
Tetapi Jaysul Hurr (pasukan pembebas Suriah atau Free Syrian Army) menunjukkan ketinggian adab mereka di banyak kesempatan, termasuk ketika pada Agustus 2012 lalu mereka menangkap lalu menyandera 48 orang Iran yang menurut mereka adalah anggota Garda Revolusi yang didatangkan dari Teheran untuk membantu Assad menumpas revolusi.
Selama lima bulan dalam sekapan para pejuang, ke 48 orang itu diperlakukan dengan baik, sampai akhirnya mereka ditukar dengan dibebaskannya 2130 warga Suriah yang disekap dan di siksa oleh pemerintah mereka sendiri, rezim Basyar al-Assad, di berbagai penjara.
Salah satu bukti lain adab mulia para pejuang pembebasan Suriah adalah ketika tiga brigade mereka – Ahrarusy-Syam, Liwa’ Dawud dan Jabhah an-Nusrah – berhasil merampas dan menduduki pangkalan helikopter militer Taftanaz Jumat, 11 Januari, kemarin.
Para perwira rezim Basyar al-Assad lari menyelamatkan diri sampai-sampai beberapa pejuang pembebasan terdengar berseru-seru di video rekaman penyerangan: “Lihat itu, ‘ngumpet di belakang pohon, di belakang pohon…” lalu menghitung mereka yang melarikan diri itu satu per satu. Terdengar juga seruan, “Allahu Akbar! Tentara pemerintah ngabur!”
Yang tertinggal di dalam instalasi militer itu hanya satu perwira, para kadet dan pegawai rendahan dan kadet. Mereka tentu saja ditangkap dan dijadikan tawanan perang oleh Jaysul Hurr. Begini cara pejuang pembebasan memperlakukan mereka: bukan interogasi brutal tapi bicara baik-baik lalu akhirnya diajak menyerukan “Allahu Akbar!”
https://www.youtube.com/watch?v=EnLehi4mnlU&list=UUbnGTlrxEnphHvsnx-PjVdg&index=24
Di dalam video itu, para pegawai bandara militer Taftanaz itu menceritakan apa saja yang ada di dalam instalasi tersebut, termasuk penjara, serta apa saja yang mereka lakukan selama ini bagi rezim Basyar al-Assad: membunuhi para pejuang.
Mereka menceritakan betapa sudah 10 hari lamanya mereka ditinggalkan begitu saja tanpa makanan dan suplai apa pun, dan betapa para jenderal dan perwira melarikan diri dengan helikopter-helikopter ketika para pejuang pembebasan Suriah semakin rapat mengepung.
Salah satu di antara mereka yang ternyata seorang Sunni menyatakan betapa dengan memasuki angkatan bersenjata dia terpaksa menerima diskriminasi perlakuan antara mereka yang Syiah, Sunni dan Yahudi. Ada yang menceritakan betapa mereka telah bekerja keras bagi rezim Basyar al-Assad namun pada akhirnya ditinggalkan dan ditelantarkan begitu saja seperti anjing.
Mujahid yang memimpin pembicaraan dengan para tawanan di Taftanaz itu memulai dengan Bismillah dan mengakhiri dengan mengajak mereka menyerukan, Allahu Akbar!
Jasyul Hurr adalah pasukan mujahidin pembebasan Suriah yang mungkin terdiri dari berbagai brigade yang berbeda, namun memiliki satu benang merah: setiap operasi dan aktivitas mereka yang didokumentasi selalu ditandai dengan disebutnya nama Allah berulangkali. Setiap kali mereka mencatat kemenangan, maka mereka mengatakan, “Dengan segala puji kepada Allah.” Setiap kali jatuh korban tewas di kalangan rakyat dan para pejuang, mereka mengatakan bahwa itu adalah “Syuhada, dengan izin Allah.”
Sumber