Kekufuran itu sangat beragam dan banyak jenisnya. Oleh karena itu, para ulama mempunyai perkataan yang beragam ketika berijtihad dalam masalah pembagian jenis-jenis kekufuran. Al-Baghawiy rahimahullahberkata :
الكفر على أربعة أنحاء : كفر إنكار، وكفر جحود، وكفر عناد، وكفر نفاق
“Kekufuran ada 4 macam : kufur inkaar, kufur juhuud, kufur ‘inaad, dan kufur nifaaq” [Tafsiir Al-Baghawiy, 1/48].
Hal yang sama dikatakan oleh Ibnul-Atsiir rahimahullah dalam An-Nihaayah fii Ghariibil-Hadiits (hal. 806 – taqdiim : ‘Aliy Al-Halabiy).
Asy-Syaikh Haafidh Al-Hakamiy rahimahullah berkata :
فالكفر أصله الجحود والعناد الملتزم للاستكبار والعصيان
“Pokok kekafiran itu adalah juhuud dan ‘inaadyang mengkonsekuensikan kesombongan dan kedurhakaan” [200 Suaal wa Jawaab fil-‘Aqiidah, hal. 165-166 no. 161].
Di lain tempat beliau rahimahullah berkata :
أن أنواع الكفر لا تخرج عن أربعة : كفر جهل وتكذيب، وكفر جحود، وكفر عناد واستكبار، وكفر نفاق
“Bahwasannya macam-macam kekufuran tidaklah keluar dari empat : kufur jahl dan takdziib, kufur juhuud, kufur ‘inaad dan istikbaar, serta kufur nifaaq” [Ma’aarijul-Qabuul, 2/593].
Sebagian fuqahaa’ ada yang memutlakkan bahwa kekufuran tidaklah terjadi melainkan karena juhuud, dan juhuud ini mencakup takdziib dan inaad – sebagaimana diisyaratkan Ibnu Taimiyyah rahimahullah.[1]
Asy-Syaikh ‘Abdurrahmaan bin Naashir As-Sa’diy rahimahullah berkata :
وحدُّ الكفر الجامع لجميع أجناسه، وأنواعه، وأفراده: هو جحد ما جاء به الرسول - صلى الله عليه وسلم -، أو جحد بعضه
“Batasan kekufuran yang menyeluruh bagi semua jenis, macam-macamnya, dan pengkhususannya adalah (kufur) juhuud(pengingkaran) terhadap syari’at yang dibawa Rasul shallallaahu ‘alaihi wa sallam atau juhud terhadap sebagiannya” [Al-Irsyaad ilaa Ma’rifatil-Ahkaam, hal. 203].
Syaikhul-Islaam Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata :
أهل الحديث، وجمهور الفقهاء من المالكية والشافعية والحنبلية، وعامة الصوفية، وطوائف من أهل الكلام من متكلمي السنة، وغير متكلمي السنة من المعتزلة والخوارج، وغيرهم: متفقون على أنَّ مَنْ لَمْ يؤمن بعد قيام الحجة عليه بالرسالة فهو كافر، سواء كان مكذبًا، أو مرتابًا، أو معرضًا، أو مستكبرًا، أو مترددًا، أو غير ذلك
“Ahlul-hadits, jumhur fuqahaa’ dari kalangan Maalikiyyah, Syaafi’iyyah, Hanbaliyyah, kebanyakan kelompok shuufiyyah, beberapa kelompok dari ahli kalam Ahlus-Sunnah maupun selain Ahlus-Sunnah dari kalangan Mu’tazilah dan Khawaarij, serta yang lainnya telah sepakat bahwa : barangsiapa yang tidak beriman setelah tegaknya hujjah padanya dengan adanya risalah, maka ia kafir. Sama saja, apakah ia kafir dengan sebab pendustaan, keraguan, berpaling, sombong, bimbang, atau yang lainnya” [Majmuu’ Al-Fataawaa, 20/86-87].
Ibnul-Qayyim rahimahullah berkata :
أن الكفر نوعان كفر عمل وكفر جحود وعناد . الجحود أن يكفر بما علم أن الرسول جاء به من عند الله جحودا وعنادا من اسماء الرب وصفاته وأفعاله وأحكامه وهذا الكفر يضاد الإيمان من كل وجه
“Bahwasannya kekufuran itu ada dua : (1) kufur amal, serta (2) kufur pengingkaran (juhuud) dan penentangan (‘inaad). Kufur pengingkaran adalah kufur dengan apa yang diturunkan kepada Rasul dari sisi Allah dengan pengingkaran dan penentangan terhadap nama-nama Allah, sifat-sifat-Nya, perbuatan-perbuatan-Nya, dan hukum-hukum-Nya. Kekufuran ini bertolak belakang dengan keimanan dari segala sisi….” [Ash-Shalaah wa Hukmu Taaikihaa, hal. 56].
Di lain tempat, beliau rahimahullah berkata :
الكفر الأكبر خمسة أنواع : كفر تكذيب، وكفر استكبار وإباء مع التصديق، وكفر شك، وكفر نفاق
“Kufur akbar ada lima macam : kufur takdziib, kufur istikbaar wa ibaa’ bersamaan dengan adanya pembenaran, kufur syakk, dan kufur nifaaq” [Madaarijus-Saalikiin, 1/337].
Dr. Khaalid Al-‘Anbaariy hafidhahullahdalam satu perbincangan pernah berkata tentang 6 macam kekufuran yang kemudian disepakati oleh Asy-Syaikh Al-Albaaniy rahimahullah :
ولا شك أن الكفر المخرج من الملة - كما هو عند أهل السنة والجماعة - ستة أنواع، وليس بنوع واحد : تكذيب، وجحود، وعناد ونفاق، وإعراض، وشك
“Dan tidak ada keraguan lagi bahwasannya kekufuran yang dapat mengeluarkan dari agama - sebagaimana pendapat Ahlus-Sunnah wal-Jama’ah – ada 6 macam, bukan hanya satu macam saja, yaitu : kufur takdziib, juhuud, ‘inaad, nifaaq, i'raadl, dan syakk[2]” [At-Ta’rifu wat-Tanbi’ah hal. 99-100(Cet. 2, atau hal. 67-68 untuk Cet. 1) dan Ar-Raddul-Burhaaniy hal. 201].
Asy-Syaikh ‘Aliy Al-Halabiy hafidhahullah – bersama masyaikh Yordania lainnya dari murid-murid Asy-Syaikh Al-Albaaniy rahimahullah – berkata :
الكفر أنواع : جحود، وتكذيب، وإباء، وشك، ونفاق، وإعراض، واستهزاء، واستحلال؛ كما ذكره أئمة العلم؛ شيخ الإسلام، وتلميذه ابن قيم الجوزية، وغيرهما من أئمة السنة - رحمهم الله - .
“Kekufuran bermacam-macam, yaitu : kufur juhuud, takdziib, ibaa', syakk, nifaaq, i'raadl, istihzaa', dan istihlaal; sebagaimana disebutkan oleh para ulama, (di antaranya) Syaikhul-Islaam dan muridnya, Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah, dan selain keduanya dari kalangan para imam sunnah – rahimahumullah” [Mujmal Masaailil-Iimaan Al-‘Ilmiyyah, hal. 18].
Lihat juga penjabaran Asy-Syaikh ‘Aliy hafidhahullah[3]tentang 6 macam kekufuran sebagaimana dijelaskan para ulama Ahlus-Sunnah dalam Shaihatun Nadziir hal. 47-49.
Adanya perbedaan ijtihaad pembagian kekufuran oleh para ulama di atas pada hakekatnya hanyalah masalah nama. Adapun hakekat dan pemahaman, maka tidaklah berbeda. Tidak boleh dipahami dari sebagian perkataan ulama di atas yang menyebutkan sebagian jenis kekufuran tanpa yang lainnya sebagai satu pembatasan, seandainya tidak ada perkataan tegas adanya pembatasan. Apalagi jika ada keterangan lain yang menafikkan adanya pembatasan tersebut.
Wallaahu a’lam, semoga ada manfaatnya.
[abul-jauzaa’ – banyak mengambil faedah dari buku At-Takfiir wa Dlawaabithuhu karya Asy-Syaikh Ibraahiim Ar-Ruhailiy, hal. 97-98 – ciomas permai, 13012013 – 23:09].
[1] Majmuu’ Al-Fataawaa, 20/98.
[2] Ini sebagai bantahan terhadap lisan-lisan dhalim yang telah menuduh Asy-Syaikh Al-Albaaniy rahimahullah sebagai Murji’ah yang katanya membatas kekufuran hanya karena kekufuran i’tiqaad saja dan tidak merinci kekufuran sebagaimana perincian para ulama lainnya.
Sebagian perkataan yang ternukil dari beliau rahimahullah berupa : tidak ada kekufuran kecuali dengan i’tiqaad (لا كفر إلا باعتقاد), mempunyai dua kemungkinan makna benar dan salah, yaitu :
a. Makna yang benar adalah : tidak ada kekufuran pada dhahir kecuali dan didahului dengan kekufuran batin, karena hati merupakan pokok.
b. Makna yang salah/baathil adalah : tidak ada kufur akbar kecuali kufur yang ada dalam hati, sedangkan anggota badan (jawaarih) tidak boleh disifati dengan kufur akbar.
Maksud Asy-Syaikh tentu saja bukan makna baathil yang kedua, karena beliau telah berulangkali menjelaskan kekufuran itu bisa terjadap pada amal jawaarih. Di antara perkataan beliau adalah :
لقد أفاد رحمه الله أن الكفر نوعان: كفر عمل، وكفر جحود واعتقاد.
وأن كفر العمل ينقسم إلى ما يضاد الإيمان، وإلى ما لا يضاده، فالسجود للصنم، والاستهانة بالمصحف، وقتل النبي وسبه؛ يضاد الإيمان.
وأن كفر العمل ينقسم إلى ما يضاد الإيمان، وإلى ما لا يضاده، فالسجود للصنم، والاستهانة بالمصحف، وقتل النبي وسبه؛ يضاد الإيمان.
“Beliau (Ibnul-Qayyim) telah memberikan satu penjelasan bahwa kekufuran itu ada dua macam, yaitu kufur amal serta kufur juhuud (pengingkaran) dan i'tiqaad. Kufur amal terbagi menjadi (dua, yaitu) kekufuran yang menjadi lawan/kebalikan dari keimanan dan yang bukan menjadi lawan dari keimanan. Adapun sujud kepada berhala, menghina mushhaf, serta membunuh dan menghina Nabi termasuk kekufuran yang bertentangan dengan iman (sehingga dapat mengkonsekuensikan kepada kufur akbar)” [Silsilah Ash-Shahiihah, 7/134].
[Baca penjelasan selengkapnya dalam risalah berjudul : Al-Imaam Al-Albaaniy wa Mauqifuhu minal-Irjaa’ tulisan Asy-Syaikh Dr. ‘Abdul-‘Aziiz Ar-Rais hafidhahullahyang bisa diunduh di sini].
[3] Dengan ini para Pembaca dapat mengetahui kedhaliman tuduhan yang dialamatkan kepada Asy-Syaikh ‘Aliy Al-Halabiy yang katanya telah membatasi kekufuran pada kufur juhuud, dan kufur takdziib, dan dan istihlaal qalbiy. Dan sungguh menakjubkan bahwa di antara tuduhan ada yang mendasarkannya pada Fatwa Al-Lajnah Ad-Daaimah yang mentahdzir 2 kitab Asy-Syaikh ‘Aliy hafidhahullah yang berjudul : At-Tahdziir min Fitnatit-Takfiirdan Shaihatun Nadziir, tertanggal 13-5-1421 H !!.
Allah ta’ala pernah berfirman dalam sebuah hadits qudsi :
يَا عِبَادِي إِنِّي حَرَّمْتُ الظُّلْمَ عَلىَ نَفْسِي وَجَعَلْتُهُ بَيْنَكُمْ مُحَرَّماً، فَلاَ تَظَالَمُوا
“Wahai hamba-Ku, sesungguhya aku telah mengharamkan kedhaliman atas diri-Ku dan Aku telah menetapkan haramnya (kedhaliman itu) diantara kalian. Maka janganlah kalian saling berbuat dhalim...”.
Pertama, baik dalam kitab At-Tahdziir min Fitnatit-Takfiir maupun Shaihatun Nadziir, tidak ada pernyataan Asy-Syaikh ‘Aliy yang membatasi kekufuran pada tiga hal seperti yang dikatakan ulama Lajnah. Bahkan, ketika Asy-Syaikh ‘Aliy hafidhahullah menukil perkataan Asy-Syaikh As-Sa’diy rahimahullahdalam kitab Al-Irsyaad – sebagaimana dibawakan di artikel di atas - , Asy-Syaikh ‘Aliy berkata :
لا منافاة بين كون الجحود هو باب الكفر وبين كون أقسام الكفر ستة
“Tidaklah menafikkan antara keberadaan juhuud merupakan bab kekufuran, dengan keberadaan macam-macam kekufuran yang enam” [Al-Ajwibatul-Mutalaaimah, hal. 8 dan At-Tahdziir min fitnatil-Ghulluw wat-Takfiir, hal. 16 & 132].
Jelas, ini pernyataan tegas Asy-Syaikh ‘Aliy hafidhahullah yang tidak membatasi kekufuran hanya pada dua atau tiga sebagaimana dikatakan ulama Lajnah. Adapun dalam kitab Shaihatun Nadziir, penjelasan Asy-Syaikh ‘Aliy hafidhahullahtentang macam-macam kekufuran dapat dilihat pada hal. 47-49. Bahkan, dalam kitab tersebut Asy-Syaikh ‘Aliy membawakan perkataan Asy-Syaikh Ibnu Baaz rahimahullah yang membantah perkataan Abu Ja’far Ath-Thahawiy rahimahumallah dalam Al-‘Aqiidah Ath-Thahawiyyah ketika ia membatasi kekufuran hanya pada kufur juhuud saja. Lantas,.... bagaimana bisa dua kitab tersebut ditahdzir dan dikatakan telah membatasi kekufuran seperti pembatasan yang dilakukan kaum Murji’ah ?.
Kedua, fatwa Lajnah keluar tanggal 13-5-1421 H, sedangkan kitab-kitab Asy-Syaikh ‘Aliy yang membantah Murji’ah di antaranya terbit sebelum fatwa itu keluar. Diantaranya adalah kitab At-Ta’rifu wat-Tanbi’ah bi-Ta’shiilaati Al-‘Allaamah Asy-Syaikh Al-Imaam Asadis-Sunnah Al-Humaam Muhammad Naashiruddiin Al-Albaaniy rahimahullah fii Masaailil-Iiimaan war-Radd ‘alal-Murji’ah, yang cetakan pertamanya selesai ditulis tanggal 16-3-1421 H. Sebagaimana telah dibawakan di atas, kitab tersebut menjelaskan macam-macam kekufuran dan membantah orang yang menuduh Asy-Syaikh Al-Albaaniy yang hanya membatasi kekufuran hanya i’tiqadiy saja. Lantas,... bagaimana Asy-Syaikh ‘Aliy bisa dituduh telah membatasi kekufuran seperti pembatasan yang dilakukan kaum Murji’ah ?. Dimanakah keadilan ?.
Ketiga, para ulama Yordania (Asy-Syaikh ‘Aliy termasuk salah satu di antaranya) telah menulis kitab berjudul Mujmal Masaailil-Iimaan Al-‘Ilmiyyah fii Ushuulil-‘Aqiidah As-Salafiyyah, cetakan pertamanya berangka tahun 1421 H. Kitab ini, sebelum penyebarannya, telah dikirimkan lewat pos resmi melalui Asy-Syaikh Sa’d Al-Hushain hafidhahullah, kepada Asy-Syaikh ‘Abdul-‘Aziiz bin ‘Abdillah Aalisy-Syaikh hafidhahullah tertanggal 28 Jumadil-Ula 1421 H untuk mendapatkan masukan dan koreksi – dua pekan setelah Fatwa Lajnah keluar. Kitab ini secara jelas menjabarkan macam-macam kekufuran sebagaimana dijelaskan para ulama Ahlus-Sunnah. Kitab ini, sebelum penyebarannya, telah dibaca dan dikoreksi sejumlah ulama Ahlus-Sunnah di antaranya : Asy-Syaikh Sa’d Al-Hushain, Asy-Syaikh Dr. Rabii’ Al-Madkhaliy, Asy-Syaikh ‘Aliy Al-Khasysyaan, Asy-Syaikh Dr. Husain Aalusy-Syaikh, Asy-Syaikh Ahmad bin Yahyaa An-Najmiy, Asy-Syaikh Dr. Washiyullah ‘Abbaas, Asy-Syaikh Muhammad bin Haadiy Al-Madkhaliy, Asy-Syaikh ‘Abdus-Salaam bin Barjas, dan yang lainnya. Lantas,... mengapa tuduhan itu senantiasa tersemat hingga sekarang, padahal Anda – para Pembaca – mengetahui, konsistensi Asy-Syaikh ‘Aliy dalam hal ini.
Dengan realitas ini, tidaklah mengherankan jika Asy-Syaikh Muhammad bin Shaalih Al-‘Utsaimiin rahimahullah berkata :
وهذا غَلطٌ مِن اللَّجْنَة، أنا مُستَاءٌ مِن هذِهِ الفَتْوى، وَلَقَدْ فَرَّقَتْ هذهِ الْفَتْوَى الْمُسْلِمِينَ في أَنْحاءِ العَالمِ؛ حَتَّى إِنَّهُمْ يَتَّصلونَ بِي مِنْ أَمْرِيكَا وأُوروبّا
“Ini adalah kekeliruan dari Lajnah. Aku merasa terganggu dengan fatwa ini. Fatwa ini telah memecah-belah kaum muslimin di seluruh negeri, hingga mereka menghubungiku dari negeri Amerika dan Eropa” [At-Ta’riifu wat-Tanbi’ah, hal. 15].
Dan sebelum fatwa Lajnah ini muncul, ketika orang-orang takfiriy menuduh Asy-Syaikh ‘Aliy sebagai Murji’, maka hal itu pernah ditanyakan kepada Asy-Syaikh ‘Al-Albaaniy rahimahullah dan beliau menjawab :
أخونا (علي) ليس مرجئاً، و لا يقول إلاّ بما يعتقده السلف الصالح
"Saudara kami ('Aliy) bukanlah Murji'. Dan tidaklah ia berkata kecuali dengan apa yang diyakini oleh as-salafush-shalih..."[selengkapnya: http://www.kulalsalafiyeen.com/vb/showthread.php?t=32907].