Beberapa berita menyebutkan bahwa mengonsumsi alkohol bermanfaat untuk kesehatan jantung, seperti berita yang diturunkan oleh situs detik.com (29/10/2012) salah satunya. Berita yang diangkat dari jurnal penelitian Rhode Island Hospital tersebut mengungkapkan bahwa wine lebih bermanfaat untuk jantung dibanding vodka.
Lalu pertanyaannya apakah wine benar-benar bermanfaat untuk dikonsumsi dikarenakan efeknya bagi kesehatan jantung?
Situs The telegraph (15/2/2013) menurunkan berita terkait alkohol yang menyatakan ribuan wanita meninggal akibat kanker payudara kerena mereka “minum.”
Berita tersebut mengungkapkan pernyataan mencengangkan dari seorang professor bernama Mark Bellis. Profesor Bellis menyatakan pesan tentang bahaya alkohol telah tercampur dengan kepercayaan orang kebanyakan bahwa minum pada tingkat yang rendah baik untuk kesehatan jantung.
Profesor Mark Bellis, yang menjabat sebagai direktur pusat Kesehatan Masyarakat di Liverpool John Moores University, telah menghitung berapa banyak orang yang meninggal karena penyakit yang berhubungan dengan alkohol di Inggris.
Dia menyebut data terbaru menyebutkan bahwa kanker adalah penyumbang terbesar untuk kematian yang berhubungan dengan alkohol dan bertanggung jawab atas 9.000 kematian akibat kanker per tahun, dengan 1.500 diantaranya akibat kanker payudara.
“Tidak ada tingkat konsumsi alkohol yang aman dalam hal risiko kanker. Setiap orang harus tahu apakah sebuah zat membawa semacam risiko. Poster seharusnya tidak mengatakan ‘minum secara bertanggung jawab’ mereka harusnya mengatakan sesuatu tentang risiko kesehatan, terutama sekali seputar kanker,” Ujar Profesor Bellis kepada harian Daily Telegraph.
Alkohol diklasifikasikan sebagai satu unsur yang bersifat paling karsinogen oleh World Health Organisation (WHO) pada tahun 1988 dan berkaitan terutama dengan kanker mulut, kerongkongan dan hati.
Selain itu penulis utama pada penelitian terbaru, Dr. Timothy Naimi, dari Jurusan Kedokteran di BUSM menemukan bahwa alkohol menyebabkan sekitar 20.000 kematian akibat kanker setiap tahun di Amerika, atau berjumlah sekitar 3.5 persen dari total kematian akibat kanker di Amerika Serikat, demikian seperti dilansir The Telegraph.
Hasil serupa telah ditemukan di Inggris pada satu studi di tahun 2011 yang menunjukkan bahwa empat persen dari seluruh kasus kanker disebabkan oleh alkohol, yaitu sekitar 12.500 jiwa per tahun.
Para peneliti tersebut juga menemukan kanker payudara penyebab paling umumnya ialah alkohol-biang keladi kematian kanker pada wanita, yaitu mendekati 6.000 kematian per tahunnya, atau sekitar 15 persen dari seluruh kematian akibat kanker payudara.
Sebelum adanya berbagai penelitian mutakhir, sebenarnya telah lebih dulu terdapat berita mengenai perdebatan manfaat miras bagi kesehatan dalam sebuah hadits. Uniknya hadits yang menyangkal manfaat miras tersebut berasal dari seribu empat ratusan tahun silam.
Dari Thariq bin Suwaid, “Aku berkata, ‘Wahai Rasulullah di negeri kami banyak anggur yang biasa kami peras lalu kami meminum darinya’, beliau berkata, ‘jangan!’ lalu aku mengulanginya, aku berkata, ‘Kami biasa mengobati orang sakit dengannya’, beliau berkata, ‘Sesungguhnya itu bukan obat melainkan penyakit’.” (HR. Muslim, Abu Dawud, dan at-Tirmidzi, ia berkata, ini hadits hasan)
Mengenai hadits miras tersebut, Al-Khathabi berkata, “Dinamakan penyakit karena meminumnya termasuk dosa, yang benar bahwa khamr tidak ada manfaat di dalamnya, karena penanya ketika menanyakannya dia mengetahui bahwa khamr mengandung dosa, dia hanya menanyakan tentang manfaat alami yang ada di dalamnya dan beliau menolaknya.”
Sementara Imam Adz-Dzahabi mengungkapkan, diketahui bahwa khamr merupakan obat bagi sebagian penyakit, akan tetapi Nabi SAW memindahkannya dari pintu dunia ke pintu akhirat, dari tabiat ke syariat.
Begitulah para ulama menuturkan hilangnya manfaat miras, dalam hal ini hadits menyebutkan miras tersebut dihasilkan dari perasan anggur atau disebut wine. Lalu mengapa miras yang notabene terkandung alkohol di dalamnya bisa mencetuskan kanker payudara?
Sekelompok peneliti menyajikan temuan mereka yang pada akhirnya dapat menjelaskan hubungan antara konsumsi alkohol dan kanker payudara., demikian seperti dikutip PRNewswire.com (23/04/2012).
Hasil penelitian tersebut dipresentasikan pada pertemuan tahunan American Society for Biochemistry and Molecular Biology, yang diadakan bersamaan dengan konferensi The Experimental Biology 2012, di San Diego.
Maria de Lourdes Rodriguez-Fragoso, ketua tim peneliti mengungkapkan, “Setiap sel memiliki mekanisme yang berbeda untuk menghilangkan zat-zat beracun, misalnya etanol, nama kimia untuk alkohol, yang dapat berpotensi menimbulkan risiko bagi sel tersebut.”
“Sayangnya, terkadang mekanisme tersebut justru menghasilkan zat racun lainnya, termasuk suatu zat yang berkaitan dengan perkembangan berbagai jenis kanker.” Ujar Rodriguez yang juga Profesor farmakologi dan toksikologi dari Universidad Autonoma del Estado de Morelos, Meksiko.
Konsumsi alkohol telah lama dipercaya sebagai faktor peresiko bagi kanker payudara. Namun penjelasan tentang keterkaitan langsung antara keduanya masih belum terbukti kuat. Sekarang, Rodriguez-Fragoso dan kolabolatornya berpendapat mereka telah menemukan jawabannya, yaitu sebuah protein yang disebut CYP2E1.
“Kita mengetahui bahwa CYP2E1 bisa mengurai etanol dan untuk melakukan itu maka terbentuklah ketidakstabilan bahan kimia yang bersifat sangat reaktif yang disebut radikal bebas,” Imbuh Rodriguez.
CYP2E1 adalah singkatan dari Cytochrome P450 2E1, yaitu anggota dari Sitokrom P450 yang memiliki fungsi dalam sistem oksidasi, dalam keterlibatannnya pada metabolisme biota asing di dalam tubuh manusia. Pada manusia, enzim CYP2E1 ini dikodekan oleh gen CYP2E1 atau yang sering disebut dengan “gen mabuk.”
CYP2E1, juga alkohol dehidrogenase dan aldehida dehidrogenase adalah enzim yang penting untuk pengubahan etanol menjadi acetaldehida dan asetat pada manusia.
CYP2E1 ditemukan dalam sel-sel payudara yang dikenal dengan sel epitel payudara, dimana kebanyakan kanker payudara kebanyakan berasal, yang menunjukkan kepada para peneliti bahwa CY2E1 mungkin terlibat dalam pertumbuhan kanker payudara.
Berkerja sama dengan peneliti Schott Burchiel bersama timnya di University of New Mexico, tim Rodriguez-Fragoso sebelumnya telah menemukan bahwasannya radikal bebas berhubungan dengan aktivasi mekanisme seluler yang mengarah pada perkembangan tumor.
Pertanyaan selanjutnya adalah, apakah memiliki lebih banyak CYP2E1 membuat seseorang lebih rentan mengalami keracunan yang diinduksi oleh etanol, sehingga meningkatkan risiko perkembangan penyakit kanker?
Untuk menguji hipotesis ini, para peneliti memberikan etanol ke dalam kultur sel epitel payudara yang memiliki tingkat CYP2E1 bervariasi. Hasilnya, sel yang mengekspresi CYP2E1 rendah kebanyakan tahan terhadap efek pemberian etanol, sedangkan sel yang memiliki protein CYP2E1 yang tinggi sangat terpengaruh dengan pemberian etanol tersebut, hal ini menunjukkan bahwa wanita dengan tingkat ekspresi yang tinggi dari protein ini akan menunjukkan respon yang sama.
Secara signifikan, Rodrigues-Fragoso mengemukakan, “Hasil riset kami menunjukkan bahwa sel payudara manusia yang diperlakukan dengan etanol akan meningkatkan produksi radikal bebas, stress oksidatif dan aktivasi terhadap mekanisme seluler yang menyebabkan sel meningkatkan kecepatan proliferasinya, kesemuanya adalah tanda penyakit kanker.”
“Jadi, jika anda adalah seorang wanita yang secara alami memiliki tingkat pelepasan CYP2E1 yang tinggi dan anda mengkonsumsi alkohol, anda akan memperbesar risiko bagi berkembangnya kanker payudara daripada wanita yang mengekspresikan jumlah CYP2E1 yang lebih rendah,” Jelasnya lagi.
“Beberapa bulan lalu, grup peneliti ini mulai menginvestigasi tingkat pelepasan CYP2E1 pada jaringan payudara yang diperoleh dari wanita sehat yang telah menjalani rekonstruksi payudara. “Hasil awal menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang mencolok pada pelepasan enzim ini terhadap sampel yang dianalisa,” kata Rodrigues-Fragoso.
“Ini berarti bahwa setiap individu memiliki respon yang berbeda terhadap alkohol dan setiap orang harus melakukan tindakan pencegahan yang berbeda untuk meminimalisir risiko terjangkit kanker payudara,” Ujarnya lagi.
Dengan hasil ini, Rodríguez-Fragoso mengungkapkan keyakinannya bahwa grupnya akan dapat mengembangkan metoda diagnosa yang akan terfokus kepada penentuan tingkat pelepasan CYP2E1 yang terdapat pada jaringan payudara.
“Jika anda mengetahui kemungkinan resiko perilaku tertentu yang dapat menyebabkan anda terjankit penyakit kanker, maka anda akan dengan mudah mengetahui apa tindakan pencegahan yang anda harus lakukan”, Imbuhnya menekankan. (Berbagai Sumber)
*Kajian mengenai khamr dapat juga dibaca di Tabloid Bekam Edisi 12,(eramuslim)
Oleh: Joko Rinanto
Kamis, 28 Februari 2013
PERLU ANDA KETAHUI