Ahmad Heryawan yang dikenal sebagai politikus mubaligh ini lahir di Sukabumi, 19 Juni 1966. Pendidikan dari SD sampai SMA diselesaikan di kampung halamannya, baru setelah kuliah Heryawan merantau ke Jakarta masuk di Fakultas Syariah LIPIA pada 1992.
Bagi Heryawan, mendapat amanah menjadi gubernur dari masyarakat Jawa Barat adalah satu kepercayaan. Karena itu, begitu dilantik, ia langsung melakukan berbagai program dengan tujuan memenuhi harapan dan keinginan masyarakat Jawa Barat. Janji-janji saat kampanye pilgub satu per satu mulai direalisasikan.
“Tahun pertama adalah masa yang paling berat bagi saya dalam memimpin Jawa Barat,“ kata suami dari Netty Prasetiyani tersebut. Selain terus mempelajari kondisi birokrasi di Jawa Barat, berbagai tekanan dari parpol yang kalah dalam pilgub terus merongrong kepemimpinannya. Ancaman penurunan paksa dari kursi gubernur terus dialamatkan kepadanya.
Namun, berbagai kecaman, bahkan ancaman, baik dari internal birokrasi maupun eksternal, tak pernah menyurutkannya untuk mewujudkan janji-janjinya kepada masyarakat saat kampanye. Bidang yang menjadi prioritas Heryawan seperti yang disampaikannya saat kampanye lalu, yaitu pendidikan murah, sejuta lapangan kerja, kesehatan masyarakat, perbaikan ekonomi masyarakat, hingga membenahi infrastruktur di seluruh wilayah Jawa Barat mulai diwujudkan.
Kerja keras Ahmad Heryawan mulai membuahkan hasil. Apresiasi terhadap kinerjanya diberikan pemerintah pusat melalui berbagai penghargaan. Kiprahnya dalam mengelola pemerintahan di Jawa Barat juga mendapat apresiasi dari Youngsan University Korea Selatan. Salah satu universitas terkemuka di Negeri Ginseng ini mengganjarnya dengan gelar doctor honoris causa bidang manajemen pemerintahan. “Itu adalah keberhasilah seluruh stakeholder Jawa Barat. Tanpa peran serta seluruh lapisan masyarakat mustahil penghargaan itu bisa diraih,“ ujarnya.
Bapak enam anak yang sebelum menjabat Gubernur Jawa Barat rutin berbelanja di pasar tradisional itu mengakui, masih banyak pekerjaan yang belum diselesaikan. Beberapa persoalan yang menurutnya sangat prioritas untuk dituntaskan adalah masalah kesehatan, khususnya menyangkut fasilitas puskesmas. Ia menargetkan, pada 2012 ini ada 200 puskesmas dengan pelayanan obstetri neonatal emergesi dasar (Poned) di Jawa Barat.
Selain itu, Heryawan juga menargetkan komposisi pendidikan menengah atas akan dibalik, yaitu 65 persen SMK dan 35 persen SMA. “Idealnya, 70 berbanding 30. Tapi, bisa mewujudkan 65 banding 35 sudah sangat bagus,“ pungkasnya.
Sabtu, 23 Februari 2013
PERLU ANDA KETAHUI