"Apakah Pelacur Layak Untuk Mencintai?"

moslem-eagle.blogspot.com - Pertanyaan tersebut datang dari seorang wanita yang mengaku "terpaksa" menjerumuskan diri dalam sebuah dunia hitam pelacuran. Pertanyaan tersebut juga muncul sebagai wujud dari keinginan manusiawinya, ketika dia melihat seorang istri yang berbahagia dengan suaminya. "Siapapun saya, saya tetaplah seorang wanita dan manusia yang masih punya hati dan ingin mencintai. tapi apakah masih pantas untuk saya semua hal itu? " begitu ungkapnya
Rasa "iri" hati itu berlanjut dengan sebuah cita cita yang mungkin untuk sebagian orang adalah sepele, namun sangat berharga baginya, hidup bersama keluarga kecilnya yang bahagia. " Namun apakah Allah masih akan mengabulkan doa saya untuk itu? biarlah hal itu hanya sebatas impian saja". Cita cita luhur itu harus dipendamnya dalam- dalam ketika dia mendapati dirinya berada dalam lingkaran dosa yang tiada henti, setiap hari.

Begitulah kurang lebih yang ada dalam benak mereka. Sesuatu yang sudah terlanjur dan memberi mereka kesenangan serta kemudahan sesaat dalam urusan dunia, membawa mereka menjadi pribadi yang menolak hati nurani, yang memang selalu menganjurkan kebaikan. Dan sebagai kata penutup, kemiskinan harta menjadi alasan termanis yang diungkapkan.

Namun...

Bukankah hidup adalah pilihan,dan setiap detik kita selalu diposisikan untuk memilih, antara hitam dan putih, antara kiri dan kanan, antara baik dan buruk, dst. Namun masih banyak orang yang berkata, hidup bukan masalah memilih, tapi bertahan.

Bukankah hari ini adalah hari esok yang kita risaukan kemarin? Akan ada asa bagi siapa yang yakin dan berusaha. Dan itulah kata lain dari bertahan. Walaupun jalan hidup tidak selalunya terang dan indah untuk dilalui, tapi satu hal yang pasti, Allah Subhanahu wata'ala adalah tetap yang paling maha penyayang. Dan insyaallah, kesengsaraan dan kemiskinan adalah guru terbaik dalam kehidupan, dan bukan sarana penenggelaman diri kita ke dalam dosa yang lebih dalam.

Tengok saja,  Betapa khusuk doa orang miskin yang sedang belajar meminta dikayakan, betapa mereka bisa lebih berhemat untuk belajar bertahan hidup, betapa mereka bersyukur ketika dapat mewujudkan keinginannya, dst.

Kemiskinan yang diterima dengan ikhlas dan dijadikan pembelajaran untuk menjadi pribadi yang lebih baik, sesungguhnya telah mengajarkan sebuah keanggunan bagi pelakunya.

Dan....

Sekali lagi, jika dalam pikiran kita, hidup adalah tentang pilihan, maka menjadi pelacur ataupun wanita yang bertaubat juga adalah pilihan yang harus dipilih. Dan pilihan itu akan menentukan gambaran nasib kita selanjutnya.
Memang bukanlah penghakiman yang mereka harapkan, namun bantuan dan uluran tangan yang lebih mereka butuhkan. Semoga Allah yang maha penyayang mencurahkan rahmat hidayah bagi para pemilih jalan hitam itu untuk kembali kepada kebaikan. Dan jika masih terselip pertanyaan, apakah seorang pelacur layak dicintai dan mencintai? maka jawabannya adalah, Tidak ada yang salah dengan cinta, yg salah adalah kebencian....  namun, "Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula)." Hal tersebut adalah ketetapan Allah Subhanahu wata'ala.

Lalu, apakah lelaki keji yang kemudian akan menjadi pilihan kita untuk membaikkan hidup kita?. Subhanallah, ternyata pertobatan dan kebaikan adalah jalan satu satunya untuk bahagia, dan kebaikan adalah selalunya tentang membaikkan dan menenangkan walaupun jalan yang ditempuh tidaklah selalunya mudah. 
(Syahidah/moslem-eagle.blogspot.com)

wdcfawqafwef