Bismillahir-Rahmaanir-Rahim ... Ih, jelas mengerikan! Kehilangan keperawanan, hanya lantaran terbujuk rayuan gombal lelaki, yang sama sekali tidak terikat oleh sucinya tali pernikahan.
Hanya berbekal, gombalan saja, maka si wanita dengan rela memberikan hartanya yang paling berharga. Atas nama cinta dan kasih sayang yang terlarang!
Propaganda Valentine’s day atau hari Kasih Sayang, yang jatuh pada tanggal 14 Februari setiap tahunnya, konon memakan korban.
Karena tuntutan si lelaki, yang kadung nafsu (dan bujuk rayu setan), maka dituntutlah si gadis untuk serta merta memberikan keperawanannya, di malam peringatan hari tersebut.
Padahal, dari sisi peringatan saja, sudah bermasalah. Ini dari sudut pandang agama (Islam). Yang namanya cinta dan kasih, terutama kepada orang tua, saudara, istri atau suami juga kepada anak, bisa dilakukan kapan saja. Tak perlu harus menunggu setiap tahun sekali.
Dari sisi sejarahnya sendiri, Valentine’s day juga bermasalah! Lantaran, di beberapa versi, Valentine adalah nama pendeta Nasrani yang mengorbankan dirinya. Intinya adalah, bukan dari syariat Islam. Sebagai seorang muslim, tidak boleh mengikuti syariat yang asalnya bukan dari Islam.
Kemudian, akibat digembar-gemborkannya hari Kasih Sayang, terutama oleh industri kapitalis yang sengaja mengeruk keuntungan dari momen ini, mereka, muda-mudi yang sedang mabuk asmara, terjerumus ke dalam pergaulan bebas.
Hari Valentine itu kemudian dibuat justifikasi, bahwa kasih sayang yang nyata dari seorang gadis kepada lelakinya, adalah dengan memberikan harta yang berharga tersebut.
“Jika engkau memang mencintaiku, tentu kau tak berkeberatan, jika aku merenggut kegadisanmu …”
Kalimat yang barangkali terucap, oleh mulut buaya si lelaki, yang bagaikan bius bagi si anak gadis. Begitu si gadis mempersembahkan keperawanannya, maka biasanya seperti pepatah, habis manis sepah dibuang.
Lantaran si kumbang, sudah menghisap madunya. Untuk apa lagi dipertahankan hubungan cinta kasih yang semu itu. Karena toh, tak ada ikatan sama sekali. Kalau pun ada janji-janji manis yang terucap, tak kan berumur lama. Ia akan lekang, seiring dengan tiupan angin dan panasnya sang mentari.
Berbeda ceritanya, jika kemudian keperawanan itu dipersembahkan pada malam pertama, setelah diucapkan ijab qabul dihadapan penghulu dan para saksi. Maka, inilah cinta sejati!
Tidaklah cinta sejati antara seorang lelaki dan perempuan bisa ditemui, kecuali dalam ikatan pernikahan.
Maka itu, perlulah dibentengi, muda-mudi itu, terutama keluarga kita, untuk senantiasa bisa menjauhi perayaan-perayaan seperti ini, terlebih lagi, kepada pergaulan bebas, yang hanya akan membuat penyesalan yang berkepanjangan.
Bukan begitu wahai kawanku?