Keluarga Bahagia Sejahtera Hanya dengan Islam dan Khilafah


moslem-eagle.blogspot.com -  Indahnya keluarga dalam Islam
Ketika semua keluarga muslim mengambil Islam untuk diterapkan dalam kehidupan berkeluarga, maka semua pihak yakni anak, istri dan suami akan mendapatkan keberkahan. Sebaliknya ketika aturan Islam dicampakkan, maka kehidupan keluarga pun akan menjadi berat, dan sudah pasti stress-lah yang didapat. 
Syariat Islam dalam keluarga telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Beliau sebagai suami senantiasa memberikan kasih sayang kepada keluarganya. Rasulullah saw bergaul dengan ma’ruf, bahkan sering bersenda gurau dengan istri-istri beliau, senantiasa bersikap lemah lembut kepada mereka, dan sering membuat mereka tertawa. Beliau pun bersabar dengan kekurangan istri-istrinya, dan memberikan teguran dengan bijak. 


Imam an-Nasa’I meriwayatkan dari Ummu Salamah, bahwa ia datang membawa makanan di piring miliknya kepada Rasulullah saw dan para sahabat. Tiba-tiba Aisyah datang lantas memecahkan piring tersebut. Rasulullah sama sekali tidak marah. Beliau menyatukan kembali kedua belahan piring dan bersabda pada para sahabat,”Makanlah. Sesungguhnya ibu kalian sedang cemburu.” Setelah itu, Rasulullah mengambil piring Aisyah, dan mengirimkannya kepada Ummu Salamah, dan memberikan piring Ummu Salamah yang pecah kepada Aisyah. Subhanallah! Inilah sikap yang bijaksana.


Masih banyak lagi keindahan yang dapat kita petik dari keluarga Rasulullah saw. Sesibuk-sibuknya beliau dengan urusan agama dan negara, beliau masih menyempatkan diri setiap hari mendatangi istri-istrinya, bercanda dengan mereka dan menyelesaikan persoalan-persoalan rumah tangganya dengan bijak. Beliau bersabda :
“Orang yang paling baik di antara kalian adalah yang paling baik perlakuannya kepada istrinya” (HR Ibnu Majah), dan dalam hadist yang lain Rasulullah saw bersabda : “Orang yang paling baik di antara kalian adalah yang paling baik perlakuannya kepada keluarganya. Dan aku adalah orang yang paling baik dari kalian terhadap keluargaku.” (HR al-Hakim dan Ibn Hibban).


Tidak hanya terhadap istrinya, Rasulullah juga menjadi teladan dalam membimbing dan mendidik anak-anak. Beliau senantiasa berlaku lemah lembut kepada anak-anak. Dari Abu Hurairah ra, ia berkata, “Rasulullah saw mencium cucunya, Hasan bin Ali ra. Waktu itu al-Aqra’ berkata, ‘Ya Rasulullah, saya punya sepuluh orang anak, dan belum pernah kucium seorang pun’. Rasulullah saw menoleh ke al-Aqra seraya bersabda, ‘Siapa saja yang tidak mau mengasihi maka tidak akan dikasihi’.” {Diriwayatkan Imam Bukhari dan Imam Muslim}
Bahkan terkait nilai-nilai yang ditanamkan bagi anak kepada orangtua pun diperhatikan dalam Islam. Menurut Ibnu Abbas Ra . Rasulullah SAW bersabda : “Seorang anak yang memandang kepada orang tuanya dengan pandangan cinta , akan di catat Allah seperti amalan orang yang mendapat Haji Mabrur “.
Nilai Islam seperti inilah yang ditanamkan kepada keluarga muslim. Perintah dan ketentuan Islam ini tentunya akan mewujudkan adanya kesatuan dalam keluarga Islam.


Jebakan kafir pada keluarga muslim
Keutuhan dalam keluarga berperan penting dalam masyarakat. Jika ikatan dalam keluarga kuat maka ikatan dalam masyarakat juga akan kuat. Sebaliknya bila ikatan dalam keluarga rapuh maka ikatan dalam masyarakat juga akan hancur, selanjutnya akan muncul berbagai macam masalah. Kita bisa melihat contohnya di negera-negara Barat. Hubungan keluarga di negara Barat sudah mengalami melt down. Layaknya es yang meleleh, ikatan keluarga sudah mengalami kehancuran. Tidak ada ikatan suami dengan istri atau dengan anak-anak seperti yang ada dalam Islam. Walhasil problem masyarakat di Negara Barat terus meningkat. Mulai dari kriminalitas terhadap anak, anak-anak tumbuh dengan kurang rasa percaya diri, bahkan berakhir dengan bunuh diri. Hal ini menunujukan bukti yang jelas, bahwa hubungan yang ada dalam keluarga berpengaruh terhadap kondisi masyarakat.


Diakui atau tidak, pihak Barat sebenarnya melihat bahwa semua nilai-nilai Islam dalam keluarga adalah sesuatu hal yang indah, dan diinginkan setiap manusia . Oleh karena itu barat berusaha membuat agenda untuk mengahancurkan nilai-nilai ini. Di negeri-negeri kaum muslim, tawaran agenda yang menghancurkan ini tidak dinampakkan dengan terang-terangan. Mereka menutupi maksud penghancuran ini dengan berbagai propaganda licik dan menyesatkan yang mereka tawarkan pada kaum muslimin. Ibaratnya, kita kaum muslimin, yang sudah memiliki rumah mewah dengan kolam renang, tanaman-tanaman buah yang ranum dan bunga-bunga yang indah, serta segala hal yang menyejukan hati. Kemudian datanglah seorang salesman yang menawarkan rumah gubuk yang sudah reot bahkan jendelanya copot di sana-sini. Tentu manusia yang memiliki akal sehat tidak akan pernah mau meninggalkan rumah mewahnya untuk pindah menuju gubuk reot, sekali pun ditawarkan dengan berbagai macam cara yang memikat hati.


Agenda seperti inilah yang dipropagandakan Barat kepada kaum muslimin. Mereka betul-betul serius menawarkan kaum muslim agar mau meninggalkan rumah mewah mereka menuju gubuk reot. Sayangnya tidak banyak kaum mulimin yang menyadari hal ini. Pemasaran gubuk reot ini diprogram dengan rapi sehingga membuat kaum muslimin rela membuka rumahnya untuk menerima tawaran mereka. 


Adapun nilai-nilai yang ditawarkan barat untuk mengancurkan keluarga muslim itu adalah: 
1. Nilai Liberal. Nilai ini menyuarakan hak-hak kebebasan, terutama kebebasan dalam berprilaku. Wujudnya adalah bebas berpakaian, bebas bergaul, bebas memilih pasangan dll. Semua hak kebebasan ini dipasarkan dengan berbagai macam cara untuk melepaskan anak-anak yang terlahir dalam keluarga muslim dari ketentuan Syariat Islam. Maka dipasarkanlah kepada kalangan muda sebuah program Kesehatan Reproduksi Remaja. Ide ini dijajakan seolah mengajarkan kewaspadaan remaja terhadap seks bebas. Namun justru faktanya malah memberikan solusi bagaimana seks yang aman (safe sex), artiya remaja diarahkan untuk bebas bergaul dengan lawan jenis asal jangan hamil atau menyebabkan penyakit kelamin . Nilai liberal ini juga dikampanyekan melalui media massa sebagai corong, dengan mengangkat popularitas dan perilaku artis barat seperti Lady Gaga dan Justin Bieber. Akhirnya banyak remaja yang terpesona dan mengikuti perilaku bejat artis-artis barat itu. 


Liberalisme telah memberikan pengaruh yang berbahaya. Di Inggris nilai liberal ini diterapkan, dan yang terjadi adalah sekitar 40% anak di Inggris adalah anak diluar nikah. 9 dari 10 wanita Inggris memiliki anak diluar pernikahan. Satu orang laki-laki di sana memiliki hubungan dengan 10 perempuan yang berbeda,. Sementara 1 dari 3 pernikahan mengalami perceraian sehingga anak-anak tumbuh dengan liar tanpa terurus oleh orangtua menjadi fenomena yang biasa. Sekitar 2 juta wanita di Inggris pun hidup tanpa suami sementara anak-anak tidak kenal siapa ayahnya. 


Maka jelaslah Hikmah dari syariat Allah SWT terkait hubungan keluarga, dan aturan hubungan antara laki-laki dengan perempuan yang tidak membolehkan ikhtilat dan kholwat, kewajiban mengunakan jilbab dan kerdung, dll. Semua uturan itu adalah untuk menciptakan kebaikan , menghindari dari kerusakan dan kesengsaraan dalam hubungan keluarga. Semua aturan inilah yang ingin dihapuskan oleh barat dengan penawaran nilai liberalisme.


2. Keadilan dan Kesetaraan Gender (KKG). Semua statement menarik mengenai KKG sesungguhnya adalah racun berbalut madu. Islam adakalanya memang menempatkan perempuan sama persis dengan laki-laki dalam masalah yang bersifat manusiawi (seperti kewajiban sholat, menuntut ilmu, berdakwah, dsb). Namun Islam juga mengulas hukum Islam yang berbeda antara laki-laki dan perempuan sesuai dengan perbedaan karakter maupun predikat perempuan dan laki-laki. Islam membedakan hukum bekerja yang wajib bagi laki-laki namun mubah bagi perempuan, bagian waris permpuan separuh bagian laki-laki, kebolehan poligami bagi laki-laki dan keharaman poliandri bagi perempuan, dll. Barat pun menebar racun kepada kaum muslimin agar tidak menerima pembedaan laki-laki dan perempuan. Dengan dalih diskriminasi, peran yang berbeda antara suami dan istri di dalam keluarga pun digugat.

Maka Program Pemberdayaan Ekonomi Perempuan menjadi slogan manis yang dibangun berdasarkan pemikiran Keadilan dan Kesetaraan Gender. Kurangnya partisipasi perempuan dalam ekonomi keluarga dianggap menjadikan perempuan berada pada subordinat laki-laki. Dan hal ini dapat mengakibatkan beragam persoalan seperti tindak KDRT dan penghilangan hak-hak perempuan lainnya. Sehingga asumsinya, dengan peran aktif perempuan dalam penyelamatan ekonomi keluarga diharapkan juga akan menyelesaikan persoalan perempuan dan keluarga. 


Padahal tuntutan wanita harus mandiri secara financial, tidak tergantung kepada laki-laki adalah tawaran yang tidak menghormati wanita. Karena terbukti telah menimbulkan dampak bagi wanita maupun keluarga. Propaganda pemberdayaan ekonomi perempuan telah menggiring perempuan pada aktivitas tambahan di luar tugas pokoknya sebagai ibu dan pengatur rumah tangga. Kondisi ini tentu sangat berpengaruh terhadap pelaksanaan kewajiban utamanya tersebut. Sebab, ibu jadi lebih disibukkan pada urusan mencari tambahan nafkah dibandingkan mengurus anak dan rumah tangga. Akibatnya, anak-anak kurang mendapat perhatian dan bimbingan. Walhasil, generasi yang dilahirkan tanpa kasih sayang yang cukup tentulah generasi yang rendah kualitasnya.


Di sisi rumah tangga, kesibukan isteri pada aktivitas mencari tambahan nafkah, terbukti menambah tingkat perceraian, bukan malah mengurangi sebagaimana klaim sebagian pihak. Dengan tambahan pendapatan, para isteri ini merasa mampu hidup mandiri, tidak bergantung pada suami. Sikap ini juga berujung pada kesiapan hidup sendiri tanpa suami (bercerai).


3.Kapitalisme. Penyebab hilangnya kebahagiaan dalam kehidupan keluarga umumnya adalah kemiskinan, dan kemiskinan ini adalah buah dari Kapitalisme. Kapitalisme sebagai system yang menguasai kehidupan saat ini menjadikan perempuan sebagai komuditas untuk menghasilkan materi sebanyak-banyaknya. Kapitalisme-lah biang munculnya permasalahan. Kapitalisme mengambil untung sebanyak-banyaknya dari laki-laki, perempuan maupun anak-anak untuk menghasilkan uang sebanyak-banyaknya ketika membiayai kebutuhan keluarga. Rata-rata perempuan di Indonesia bekerja karena desakan ekonomi. Maka lihatlah, meski TKW banyak yang nasibnya tragis bahkan sampai dibunuh, akan tetapi ini tidak menghentikan para wanita Indonesia untuk bekerja sebagai TKW. 


Kapitalisme yang menghasilkan kemiskinan dan kesulitan hidup telah mengantarkan pada pelalaian tugas dan fungsi keluarga. Anak-anak yang seharusnya dilindungi dan diberi pendidikan sudah banyak yang dipekerjakan untuk mencari nafkah. Kapitalisme telah merusak sendi-sendi keluarga. Berbagai peristiwa akhir-akhir ini bisa menambah bukti bahwa kapitalisme menghilangkan akal sehat, bahkan rasa kasih sayang yang semestinya hadir diantara anggota keluarga pun turut dihancurkan. Tidak sedikit orang tua yang tega mempekerjakan anak, menjual anak, bahkan membunuh darah dagingnya sendiri dengan alasan kemiskinan. Maka, kapitalisme tidak akan pernah memberikan kebahagiaan. 


Masih dalam kerangka berpikir kapitalistik, pemerintah tak pernah berhenti untuk menggalakkan program pembatasan keluarga (yaitu Keluarga Berencana/KB). Slogam “dua anak lebih baik” diharapkan menjadi jembatan bagi terbentuknya keluarga kecil sehingga akan mengurangi beban ekonomi keluarga. Asumsinya, jika beban ekonomi lebih ringan maka akan lebih memudahkan terwujudnya kebahagiaan dan kesejahteraan keluarga. 


Propaganda keluarga kecil melalui program pembatasan kelahiran secara fakta tidak bisa dibuktikan kebenarannya, karena dalam kehidupan kapitalistik banyak orang merasakan kesulitan hidup bukan karena memiliki anak banyak. Tidak sedikit orang yang mempunyai sedikit anak tetap menghadapi kesulitan hidup dan tak henti-hentinya didera kemiskinan. Propaganda ini juga menyalahi keyakinan seorang muslim bahwa rizki di tangan Allah SWT.


Urusan rezeki memang tidak ada kaitannya dengan jumlah anak. Masalah rezeki adalah hak Allah SWT untuk memberikannya kepada siapapun yang dikehendakinya. Jadi, siapapun yang beriman pada Allah yang Maha Kuasa dan Maha Pemberi rezeki tidak layak khawatir memiliki anak banyak. Apalagi Rasulullah Saw. juga menghendaki jumlah penduduk muslim yang besar, sebagaimana sabdanya dalam sebuah hadits: “Nikahilah wanita yang penyayang dan (berpotensi) banyak anak, karena sesungguhnya aku akan membanggakan banyaknya jumlah kalian di hadapan umat-umat lain!” (HR. Abu Dawud: 1754),


Sehingga jelaslah bahwa promosi program pembatasan kelahiran (KB) sebagaimana yang sudah lama dicanangkan Negara dengan dasar kapitalis adalah bertentangan dengan aqidah, dan tidak bisa dibuktikan kebenarannya dalam tataran fakta.


Khilafah sebagai solusi
Islam memandang keluarga adaalah institusi yang sangat penting baik bagi anggota keluarga maupun masyarakat. Keluarga adalah tempat penanaman nilai –nilai islam yang mulia, yang akan membentuk benteng yang kuat bagi anggotanya. Begitu juga, keluarga akan menentukan bangunan masyarakat yang dibentuk. Oleh karena itu, Islam memiliki seperangkat aturan untuk menjaga keutuhan dan kekuatan institusi keluarga.


Allah swt telah menetapkan peran baik laki-laki maupun perempuan untuk menjaga bangunan keluarga. Perbedaan peran antara laki-laki dan perempuan disebabkan realitas kodrat yang berbeda, yang akan saling melengkapi sehingga fungsi keluarga dapat terpenuhi. Setiap keluarga membutuhkan kekuatan finansial untuk dapat eksis. Oleh karena itu, Allah telah menetapkan seperangkat aturan untuk menjamin agar kehidupan keluarga dapat berlangsung dengan tenang dalam mengarungi kehidupan. Bangunan sistem ekonomi Islam akan menjamin agar kesejahteraan keluarga dapat terwujud. 


Islam mewajibkan para suami – dan bukan istri, untuk mencari nafkah bagi keluarganya. Islam mewajibkan Negara untuk menyediakan lapangan pekerjaan yang cukup dan gaji yang memadai. Hal ini tidak sulit, karena negara menjadi wakil umat dalam mengelola kekayaan alam yang menjadi milik umum.Bagi orang-orang yang tidak mampu mencari nafkah, sperti para janda, orang lanjut usia, orang cacat, ataupun penderita sakit berat, maka islam mewajibkan para walinya untuk menafkahi mereka. Bila wali tidak mampu, maka kewajiban tersebut beralih kepada kerabat. Jika mereka tidak mampu juga, maka kewajiban beralih kepada negara yang memiliki kewajiban menanggung nafkah maka dalam sistem Islam tidak akan ditemui para perempuan yang mendapat beban tambahan sebagai pencari nafkah. Para perempuan tetap dapat melaksanakan tugasnya sebagai ibu tanpa diganggu dengan tuntutan bekerja. Negara melindungi ibu dan keluarga agar sejatera dan dapat menjadi pendukung terbentuknya masyarakat yang kuat. Itulah gambaran daulah khilafah yang menerapkan aturan Allah secara kaffah.


Setiap aturan yang diberlakukan Allah SWT menjamin keadilan bagi seluruh manusia. Hakikat kedudukan perempuan dan laki-laki secara syariat adalah setara. Pelaksanaan hak dan kewajiban berlaku seimbang di antara keduanya.Namun secara fitrah penciptaan, Allah telah membedakan keduanya dalam rangka mengemban misi kehidupan. Perbedaan tersebut diciptakan bukan untuk mendiskriminasikan perempuan tetapi demi harmonisasi peran masing-masing. Hikmah pembedaan hukum yang berkaitan pada perempuan sejatinya adalah perlindungan terhadap kehormatan dan kesucian perempuan, sesuatu yang tidak disadari dan dipahami kaum feminis. Hanya hukum Islam yang berasal dari Allah SWT yang dapat menjaga keutuhan dan kekokohan keluarga yang diterapkan secara kaffah. Maka hanya Daulah Khilafah Islamiyyah lah yang dapat mewujudkan kebahagiaan dan kesejahteraan keluarga muslim.


Marilah kita tinggalkan kapitalisme dan liberalisme yang hanya akan membawa kesengsaraan dan malapetaka bagi umat. Sudah tiba waktunya untuk menerapkan hukum Allah dalam naungan daulah Khilafah. Mari berjuang bersama untuk mewujudkan kemuliaan Allah, RasulNya dan umat Islam. Wallahu A’lam bish shawwab. [moslem-eagle.blogspot.com]
----------------------------------


Buletin Cermin Wanita Shalihah (CWS) Edisi 8
Sumber : Muslimah4Khilafah

wdcfawqafwef