Kejujuran adalah akhlak mulia. Sikap ini harus ditanamkan sejak dini pada anak-anak. Orang tua harus membimbing, mengarahkan dan mengajarkan pada anak-anak untuk senantiasa jujur, dalam ucapan maupun perbuatan. Anak-anak harus dijauhkan dari kedustaan dan ingkar janji.
Tentu, dibutuhkan keteladanan orang tua dalam hal ini. Sebab, tanpa kita sadari, kadang justru orang tua kerap berdusta demi keuntungan pribadi. Semisal mengiming-imingi anak sesuatu agar anak menurut atau diam dari tangisnya, padahal ternyata tidak ditepati.
Allah SWT memerintahkan hamba-Nya agar senantiasa berbuat jujur: “Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kalian kepada Allah dan jadilah kalian bersama orang-orang yang jujur.” (At-Taubah: 119)
Rasulullah SAW melarang seorang ibu berdusta kepada anaknya. Ini dikisahkan oleh Abdullah bin Amir bin Rabi’ah Al-‘Adawi ra: Suatu hari ibuku memanggilku, sementara Rasulullah SAW sedang duduk di rumah kami. Ibuku berkata, ‘Mari sini, aku akan memberimu sesuatu.’ Rasulullah SAW pun bertanya pada ibuku, ‘Apa yang akan kau berikan padanya?’ Ibuku menjawab, ‘Aku akan memberinya kurma.’ Lalu beliau berkata pada ibuku, ‘Seandainya engkau tidak memberinya sesuatu, niscaya dicatat atasmu sebuah kedustaan.’ (HR Abu Dawud)
Kisah ini menunjukkan bahwa setiap perkataan yang ditujukan kepada anak-anak haruslah kebenaran semata. Walaupun maksudnya bercanda, tetap tidak boleh dusta.
Disampaikan oleh Bahz bin Hakim dari ayahnya dari kakeknya: Saya mendengar Nabi Shalallahu Alaihi Wassalam bersabda: “Binasalah orang yang berbicara untuk membuat orang-orang tertawa dengan ucapannya, lalu dia berdusta. Binasalah dia, binasalah dia!” (HR At-Tirmidzi)
Rasulullah SAW sendiri suka bercanda. Namun canda beliau tidak pernah lepas dari kebenaran. Abu Hurairah ra mengisahkan bahwa para shahabat pernah bertanya kepada Rasulullah SAW:
“Wahai Rasulullah, engkau bercanda dengan kami?” Maka beliau pun menjawab, “Sesungguhnya aku tidak mengatakan kecuali kebenaran.” (HR. At-Tirmidzi)
Oleh karena itu, orang tua tidak boleh bergurau yang isinya dusta. Juga, harus melarang dan menegur bila anak-anak bergurau dengan kata-kata dusta. Kisah-kisah tentang kejujuran dapat pula diceritakan pada anak untuk memotivasi agar senantiasa jujur.
Tak ada jalan lain bagi orang tua, kecuali berbenah diri dengan mulai membiasakan untuk berkata dan berbuat jujur. Jujur terhadap Allah SWT, jujur pula terhadap manusia, sehingga terus membiasakan diri untuk jujur setahap demi setahap sampai kejujuran itu menjadi akhlak kita.
Begitu pulalah pada anak, orang tua harus membiasakan anak-anaknya untuk jujur dalam ucapan, perbuatan maupun dalam penunaian janji, diiringi dengan upaya untuk menjauhkan mereka dari segala kedustaan. Semoga dengan itu, mereka akan menuai kebahagiaan di dunia ini dan di negeri yang kekal abadi. Wallahu a’lam. [kholda/moslem-eagle.blogspot.com]