ISU seputar nefilim atau refaim (sejenis manusia raksasa) menjadi perbincangan hangat di kalangan para pengkaji kepurbakalaan. Beberapa kalangan sangat sulit mencari keabsahan mengenai keberadaannya. Pencarian ini bisa melibatkan pakar arkeologi, biologi, hingga teologi.
Beberapa kalangan melihat isu nefilim hanya sekedar berita sensasional, cenderung HOAX, menjurus dongeng, dan tidak bisa dibuktikan. Namun para teolog Yahudi dan Kristen meyakini bahwa keberadaan nefilim dijamin dalam bible.
Nefilim Dalam Bible
Kalau kita mengacu kepada perjanjian lama dan legenda-legenda lainnya dikatakan bahwa nefilim tidak lain adalah ras orang-orang raksasa dan orang-orang gagah perkasa yang melakukan perbuatan amat jahat. Ukuran dan kekuatan mereka yang besar kemungkinan datang dari campuran “DNA” setan dengan gen manusia. Apa yang bible katakan mengenai mereka hanyalah bahwa mereka adalah “orang-orang yang gagah perkasa di zaman purbakala, orang-orang yang kenamaan” (Kejadian 6:4). Nefilim bukanlah makhluk-makhluk angkasa luar, mereka adalah makhluk yang nyata, secara fisik berasal dari hasil persetubuhan antara anak-anak Allah dan anak-anak perempuan manusia (Kejadian 6:1-4).
Selanjutnya kontroversi Nefilim berlanjut ketika sikap onar makhluk ini digadang-gadangkan memiliki peran yang menurunkan banjir dahsyat pada masa Nabi Nuh. Dalam bible kita bisa merujuk kisah Nefilim ini pada kitab kejadian 6 ayat 5-7.
“Ketika dilihat Tuhan, bahwa kejahatan manusia besar di bumi dan bahwa segala kecenderungan hatinya selalu membuahkan kejahatan semata-mata, maka menyesallah Tuhan, bahwa Ia telah menjadikan manusia di bumi, dan hal itu memilukan hati-Nya. Berfirmanlah Tuhan: “Aku akan menghapuskan manusia yang telah Kuciptakan itu dari muka bumi, baik manusia maupun hewan dan binatang-binatang melata dan burung-burung di udara, sebab Aku menyesal, bahwa Aku telah menjadikan mereka”
Apakah Nefilim dapat bertahan? Justru dalam bible, Nefilim termasuk kepada bagian yang ikut tersapu oleh banjir. “Kemudian Allah mendatangkan banjir ke seluruh bumi, mematikan semua orang dan segala sesuatu (termasuk Nefilim) selain dari Nuh dan keluarganya dan binatang-binatang dalam bahtera” (Kejadian 6:11-22).
Penjelasan Al Qur’an Tentang Banjir Zaman Nabi Nuh
Namun bagaimanakah kita sebagai umat Islam menyikapinya? Kita ketahui bersama bahwa Perjanjian lama dan Perjanjian Baru yang beredar pada saat ini sudah tak dapat terbukti keotentikannya. Injil sudah mengalami penyimpangan dari hakikat aselinya. Sebagai umat Islam, dalam melihat persoalan ini kita bisa merujuk kepada Al Qur’an, sebagai kitab petunjuk bagi umat Islam yang terbukti keshahihannya. Al Qur’an menjelaskan fenomena banjir besar yang melanda umat Nabi Nuh dalam beberapa surat seperti tertera pada surat Al Ankabut, Surat Huud dan Surat Al Qomar.
“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya, maka ia tinggal di antara mereka seribu tahun kurang lima puluh tahun. Maka mereka ditimpa banjir besar, dan mereka adalah orang-orang yang zalim.” (QS. Al- Ankabut: 14)
Dan bahtera itu berlayar membawa mereka dalam gelombang laksana gunung, dan Nuh memanggil anaknya sedang anak itu berada di tempat jauh terpencil : “Hai anakku, naiklah (ke kapal) bersama kami dan janganlah kamu berada bersama orang-orang yang kafir.” Anaknya menjawab: “Aku akan mencari perlindungan ke gunung yang dapat memeliharaku dari air bah!”. Nuh berkata : “Tidak ada yang melindungi hari ini dari azab Allah selain Allah (saja) Yang Maha Penyayang”. Dan gelombang menjadi penghalang antara keduanya ; maka jadilah anak itu termasuk orang-orang yang ditenggelamkan. (QS. Hud: 42-43)
Maka Kami bukakan pintu-pintu langit dengan (menurunkan) air yang tercurah .. Dan Kami jadikan bumi memancarkan mata air-mata air maka bertemulah air-air itu untuk satu urusan yang sungguh telah ditetapkan. Dan Kami angkut Nuh ke atas(bahtera) yang terbuat dari papan dan paku. (QS. Al-Qamar: 11-13)
Sayyid Quthb dalam Tafsir Fi Dzhilalil Qur’an Jilid 12, ketika menceritakan kisah Nabi Nuh tidak menyebut tentang keberadaan nefilim atau makhluk serupa. Sayyid Quthb juga menyatakan tidak ada orang yang tersisa setelah banjir itu selain 12 orang pengikut Nabi Nuh hasil dari 950 tahun Nabi Nuh berdakwah. Penjelasan ini mengacu kepada surat Huud ayat 48:
Difirmankan: “Hai Nuh, turunlah dengan selamat sejahtera dan penuh keberkatan dari Kami atasmu dan atas umat-umat (yang mu’min) dari orang-orang yang bersamamu. Dan ada (pula) umat-umat yang Kami beri kesenangan pada mereka (dalam kehidupan dunia), kemudian mereka akan ditimpa azab yang pedih dari Kami.”
Serupa dengan Sayyid Quthb, Ibnu katsir juga tidak merinci akan adanya makhkuk tersisa sesaat setelah banjir. Baik itu berwujud raksasa seperti nefilim atau tidak. Dalam Tafsir Ibnu Kastsir Volume 6 halaman 113, Ibnu Katsir menyatakan bahwa Allah menenggelamkan mereka seluruhhnya dan tidak menyisakan satu anak Adam pun dimuka bumi kecuali orang-orang yang ikut kapal saja. Hal ini sebagaimana termaktub pada surat Huud ayat 40,
Hingga apabila perintah Kami datang dan dapur telah memancarkan air, Kami berfirman: “Muatkanlah ke dalam bahtera itu dari masing-masing binatang sepasang (jantan dan betina), dan keluargamu kecuali orang yang telah terdahulu ketetapan terhadapnya dan (muatkan pula) orang-orang yang beriman.” Dan tidak beriman bersama dengan Nuh itu kecuali sedikit”
Adakah Nefilim Benar Ada?
Sedangkan apakah ada makhluk seperti nefilim yang memiliki wujud setengah manusia dan setengah iblis? Tentu kita bisa merujuk kepada kitab suci agama kita. Nama Iblis dalam Al Qur’an tersebar dalam beberapa ayat dan surat. Menurut Al Qur’an, dikatakan bahwa Iblis adalah salah satu dari golongan jin yang ingkar terhadap perintah Allah untuk sujud kepada Nabi Adam AS. Hal tersebut sebagaimana dimaksud firman Allah pada surat Al Kahfi ayat 50, “dan (ingatlah) ketika kami berfirman kepada malaikat, sujudlah kamu kepada adam, maka kecuali ilblis. Dia adalah golongan jin, maka ia mendurhakai perintah tuhannya…”
Sedangkan perihal kesombongan sifat iblis, secara seksama kita bisa membaca pada Surat Al A’raf ayat 12: “Allah berfirman:”apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Nabi Adam as) diwaktu aku menyuruhmu?” ilbis menjawab:”aku lebih baik daripada dia. Engkau ciptakan aku dari api, sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah.”
Dari sini kita bisa melihat bahwa tidak ada Iblis dari golongan manusia, maupun sebaliknya. Karena Iblis tercipta dari api, sedangkan manusia terbuat dari unsure tanah. Lalu bagaimana dengan Surat Al An’am ayat 112 yang berbunyi:
“Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu syaitan-syaitan (dari jenis) manusia dan (dan jenis) jin, sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia). Jikalau Tuhanmu menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya, maka tinggalkanlah mereka dan apa yang mereka ada-adakan.”
Ayat ini tidak bermaksud mengatakan bahwa ada pencampuran genetis antara Iblis dan manusia. Ayat ini lebih mengacu pada penjelasan bahwa ada manusia yang memiliki sifat-sifat seperti iblis, yang menjauhkan manusia dari keimanan serta merongrong manusia di jalan kekafiran.
Jadi, dengan mengacu kepada serangkaian penjelasan di dalam Al Qur’an, seharusnya kita tidak mudah percaya jika mendengar kisah-kisah tentang makhluk seperti nefilim dari otoritas kitab suci yang sudah expired. Sebagai umat muslim tentu kita memiliki cara pandang sendiri agar kita selamat di dunia maupun di akhirat. (Pz/Islampos)