Surat kabar Amerika New York Times, Senin (19/11), menyebut Brigade al Qassam, sayap militer gerakan Hamas, memiliki kedisiplinan yang tinggi dan bertambah profesional. Sejak dibawah kepemimpinan komandan militer Ahmad Jabari, al Qassam mengadopsi sistem latihan dan penyusupan pemimpin yang jelas, menjadi lebih istitusional.
Diprediksi al Qassam memiliki 15 ribu pejuang, yang merupakan simbol bagi upaya Hamas untuk mencapai keseimbangan antara sejarahnya sebagai gerakan perlawanan dan perannya sebagai pemerintah di Jalur Gaza sejak tahun 2007.
Selama beberapa tahun terakhir Jabari dinilai memperkokoh kekuatan politik untuk bidang militer. Dia telah menjadi pahlawan untuk rakyat yang memiliki suara di poster-poster yang berbicara atas nama Jalur Gaza.
Dengan pangkalan yang terus meluas, Brigade al Qassam telah meluas dan matang di bawah komando Jabari, sampai berhasil melakukan pertukaran untuk membebaskan seribu Palestina tawanan dengan seorang serdadu Israel Gilad Shalit – dimana Jabari memimpin langsung menyenderaan Shalit selama 5 tahun.
New York Times mengutip dari dosen ilmu politik di Universitas al Ummah di gaza, Adnan abu Amr yang mengatakan tentang kekuatan al Qassam dan pengaruhnya pada tingkat sosial. Dia mengatakan, “Bukan rahasia bahwa al Qassam memiliki kata akhir di Gaza.”
Sejak lama al Qassam berkerja dengan struktur yang tidak stralistik meskipun kehilangan kepemimpinan, maka kepemimpinan baru menggantikan posisinya. Sebuah posisi sakral semi independen. Mereka bekerja dalam bentuk sel. Karena itu meskipun Jabari adalah komandannya, maka di sana ada komandan-komandan lain.
Al Qassam membagi Jalur Gaza menjadi enam wilayah geografis. Setiap wilayah ada komandannya yang tunduk pada Jabari. Setiap wilayah memiliki roket serta senjata anti tank dan anti pesawat. Selain memiliki sniper, insinyur dan pasukan infanteri. Di samping memiliki pasukan khusus di bidang komunikasi, aksi-aksi mata-mata, penyelundupan, senjata, intelijen dan humas.
Selasa, 20 November 2012
ALAM ISLAMI